JAKARTA – Tim efektif tidak dibangun hanya dengan membuat aturan untuk mendisiplinkan anggotanya. Namun sifat dan sikap individu juga sangat menentukan membentuk tim pemenang. Menurut
Dr. Johannes A. A. Rumesser, M.Psi Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Jakarta, tim efektif atau outstanding team memiliki tiga unsur yaitu pembagian tugas, tim, dan individu yang memiliki ketrampilan.
Kesemua komponen ini memiliki keterkaitan, jika semua baik maka akan membuat jiwa suatu persekutuan akan sehat. Tim itu seperti kesebelasan, semua orang memiliki peran masing-masing, “Setiap orang memiliki peran dan komitmen dan memiliki sebuah kesepakatan cara menggapai visi misi,” ujar Dr. Johannes A. A. Rumesser, M.Psi yang juga Dekan Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara.
Bila tim telah solid, tahapan selanjutnya adalah membangun tim pemenang. Komponen winning team (tim pemenang) adalah tim memiliki kejujuran, memiliki sasaran dan titik pencapaian. Akhir kata tim akan memiliki proses pengambilan yang efektif dengan porsi tanggung jawab yang jelas dan terbuka untuk diuji.
Bila tim pemenang memiliki kekompakan, maka losing team (tim kalahan) memiliki karakter di mana anggotanya selalu menonjolkan diri sendiri, dan hanya berkompromi bukan mencari solusi. “Fenomena losing team anda akan melihat dua hal, pertama group think, yaitu suatu grup tertentu di dalam sebuah tim. Kedua, social loading yakni seseorang berada dalam tim namun tidak memilki kerja yang jelas, dengan kata lain hanya menempel saja,” ungkap Johannes.
Setiap tim akan mengalami empat tahapan yaitu fase pembentukan, badai, kepercayaan, dan terakhir kesolidan akan terbentuk. Tim yang baik harus mencapai hasil yang luar biasa, kedua memiliki proses interaksi yang produktif. Ketiga terbentuk pengalaman yang menyenangkan diantara anggota tim.
Masuk pada kualitas individu, Johannes yang merupakan Doktor di bidang psikologi mengungkapkan bahwa enam tabiat luhur (jujur, amanah, kompak, bekerja keras dan bersikap hemat, kompak, rukun, dan kerja sama yang baik) adalah sesuatu hal yang sempurna. Antar individu harus melaksanakan interaksi. Interaksi tersebut ada dalam kesatuan komunikasi terbuka, menghargai perbedaan dan kerjasama yang baik. Organisasi yang baik memiliki sasaran kerja yang jelas. Setiap individu memiliki peran yang jelas dan memiliki kebebasan untuk berpendapat.
Di ujung tombak, dari kesemua itu tentunya adalah peranan pemimpin. Johannes mengungkapkan pemimpin harus berani bertanggung jawab dan mengambil keputusan. Pemimpin harus bisa dihormati, hal ini terlihat dari apa yang mereka perbuat.
“Jika pemimpin mampu memberikan sebuah contoh, tidak hanya berbicara. Maka sebuah kehormatan dari anggota adalah sebuah keniscayaan,” kata Johannes. Johannes melanjutkan semua orang memiliki tingkat titik temu yang cepat diantaranya anggotanya. Tim ini juga harus memiliki sebuah komitmen untuk selalu menjadi lebih baik dari kemarin.
Johannes menutup bahwa jika anda menginginkan memiliki tim yang efektif, maka kombinasi kefektivan kinerja tim dengan kualitas sumberdaya yang baik adalah sebuah keharusan (Frediansyah Firdaus/Lines).