BALIKPAPAN – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) LDII menggelar penyuluhan Cegah Stunting oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang diikuti oleh pengurus DPD LDII Kota Balikpapan. DPP LDII juga menjalin kerjasama dengan BKKBN menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk mencegah stunting, Sabtu (27/7).
Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan RI Tahun 2023, sebanyak 21,5% anak-anak Indonesia menderita stunting atau tengkes. Anak yang menderita stunting menunjukkan ciri-ciri tampak lebih pendek bila dibandingkan anak seusianya
Meski demikian, tidak selalu anak pendek (stunted) menderita stunting. Oleh karena itu, anak harus dicek sesuai dengan kurva pertumbuhan WHO (Badan Kesehatan Dunia) yang ada di Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
Anak yang dicurigai stunting, jika dalam kurva pertumbuhan WHO, tinggi anak menurut usianya berada minus dua di bawah garis hijau (< 2 SD). Anak stunting biasanya juga mengalami gangguan kecerdasan dan tumbuh kembang
Anggota Dewan Penasehat DPD LDII Kota Balikpapan H. Budi Muhaeni mengatakan penyuluhan dibuka oleh Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso. Menurutnya, KH Chriswanto mengatakan bahwa Kesehatan adalah salah satu dari empat program LDII yang terkait dengan pembangunan SDM, yaitu Kebangsaan, Keagamaan, Pendidikan.
H. Budi Muhaeni mengatakan, kegiatan ini dipusatkan di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur. Penyuluhan disiarkan dalam jaringan (daring) Internet dan diikuti jajaran pengurus LDII di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Setelah itu, dilanjutkan dengan sambutan Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). Ketika berbicara di Pondok Wali Barokah, lanjutnya, Hasto mengingat dirinya pernah menginap selama satu hari dan diajak minum teh hangat dan makan pisang goreng di lantai lima Menara Asmaul Husna.
“Beliau terkesan terhadap kebersihan LDII, dapurnya saja bahkan lebih bersih daripada rumah sakit,” ujar H. Budi Muhaeni, mengutip ucapan Hasto Wardoyo.
Hasto mengatakan, demokrasi terbaik adalah demokrasi ala sperma. “Karena secara Sunnatullah, begitu satu sperma berhasil masuk pada indung telur, maka 199.999.999 sperma lain yang di luar berhenti dan mendukung satu yang sudah jadi,” ujar Hasto.
Menurut Hasto, satu cubicle centimeter (cc) sperma mengandung sekira dua juta sperma.
“Upaya agar tidak terjadi stunting, usia wanita paling awal hamil di usia 20 tahun dan tidak mengandung setelah umur 35 tahun,” ujar H. Budi Muhaeni, mengutip Hasto Wardoyo.
Ia mencatat, resiko hamil di usia terlalu muda memiliki konsekuensi janin mengambil kalsium dari ibunya. Hal ini menyebabkan tulang ibunya yang seharusnya masih tumbuh malah menjadi keropos.
Dalam istilah stunting, Hasto menjelaskan tentang makna 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah 9 bulan 10 hari dalam kandungan. Sedangkan sisanya, di luar kandungan adalah 24 bulan. Sehingga jika dijumlahkan, total 1000 hari atau 33 bulan.
Ketika di luar kandungan, Air Susu Ibu (ASI) diharapkan disempurnakan 2 tahun (24 bulan), dan secara kebetulan juga menutup tulang atas kepala pada bagian otak (ubun-ubun), tepat di usia bayi 2 tahun atau 24 bulan.
“Stunting itu adalah kesempatan yang tidak datang dua kali, yaitu 1000 HPK. Jika telah lewat, maka apa-apa yang semestinya bisa maksimal, akibat tidak diperoleh saat 1000 HPK, maka kesempatan maksimal itu tidak bisa diraih, seperti tinggi badan, kecerdasan, dan sebagainya,” catat H. Budi.
Namun, apabila bayi terlanjur mengalami stunting, maka upaya yang dilakukan adalah memaksimalkan yang ada saja.
Hasto menekankan, jangan tiru “monkey see monkey do“, yakni monyet yang hanya bisa meniru, tetapi tidak pernah belajar. Monyet hanya bisa melakukan karena hanya melihat saja.
“Tirulah katak, karena di setiap tahapan hidupnya bertambah keterampilannya. Saat kecebong bisa berenang, ketika tumbuh kaki bisa melompat, ketika sudah dewasa bisa bernyanyi,” tuturnya.
Sementara itu, materi penyuluhan yang disiarkan daring disampaikan oleh dr. Retno Wijayanti, SpGK dari Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI).
Retno Wijayanti mengajak para peserta untuk mencegah tengkes dengan paparan materi tentang Yuk Cegah Stunting! Gemar Makan Protein Hewani.
Retno menjelaskan, tujuan paparan materi ini adalah agar peserta memahami pentingnya mencegah dan mengenali stunting di lingkungan sekitar. Selain itu, peserta diharapkan mengerti pentingnya makanan bergizi tinggi dan mampu mengidentifikasi nutrisi pada makanan.
Peserta juga diharapkan termotivasi untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan menjadi generasi penerus yang memiliki nilai dan kemampuan optimal.
“Ibu itu penting karena dia membawa generasi demi generasi, bahkan sejak masih dalam bentuk sel telur. Jika terjadi stunting, sel telurnya pun mengalami stunting, dan kelak jika terjadi kehamilan, janinnya juga bisa kena stunting ketika lahir,” tutur Retno.
Retno mengingatkan untuk memperhatikan asupan yang bergizi. Makanan yang baik memiliki nutrisi yang lengkap, mengandung mikronutrien seperti vitamin, mineral, dan unsur renik yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan enzim dan hormon untuk pertumbuhan.
(SA/LINES)