Kuat tidaknya sebuah bangunan tergantung pada pondasinya. Seberapa kuat sebuah pondasi menyokong sebuah bangunan, tergantung pada baha-bahan dasar podasi tersebut. Seperti halnya sebuah keluaga. Keluarga akan menjadi kokoh apabila dibangun dengan pondasi yang kokoh pula. Pondasi tersebut adalah sebuah visi dan misi dalam berkeluarga.
Dalam surat Ar-Rum:21 Allah berfirman; Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Mewujudkan keluarga yang harmonis memerlukan kerjasama yang baik antar suami istri, tidak mudah namun juga tidak sulit. Berikut ini adalah beberapa tips mewujudkan keluarga yang harmonis.
a) Komunikasi
Suami dan istri harus berkomunikasi seperti halnya seorang sahabat karib. Harus dibuka keterbukaan tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi dari keduanya. Selalu perhatian dan mengerti kondisi, dan suasana hati pasangannya. Suami istri yang bisa membangun komunikasi akan selalu memiliki hubungan yang baik dan jarang terjadi cekcok.
b) Menerima Kelebihan Dan Kekurangan Pasangan
Manusia yang dilahirkan di dunia ini tidak ada yang sempurna no body perfect karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Ada manusia yang cantik dan kaya raya tapi sebenarnya dia tidak bahagia, dan ada orang yang secara fisik biasa-biasa saja namun dia bahagia dengan apa yang dia miliki saat ini. Allah SWT pasti memiliki maksud di balik itu semua itu agar setiap manusia bisa saling melengkapi satu sama lain. Maka dari itu, pasangan suami istri yang sudah menikah harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. Dengan saling menerima, satu sama lain tidak akan menuntut pasangannya untuk berbuat suatu yang lebih. Namun justru dia akan berusaha melengkapi kekurangan pasangannya tersebut. Jika kita sedang marah akibat kekurangan pasangan kita, cobalah menghibur diri dengan melihat kelebihan-kelebihan yang ada pada pasangan kita.
c) Saling Percaya
Suami dan istri harus dapat membangun rasa kepercayaan ini. Contoh paling umum adalah kecemburuan seorang istri jika suaminya selalu pulang larut malam, begitu juga seorang suami bisa timbbul curiga kepada istri jika istri sering keluar rumah. Dari cemburu, rasa curiga bisa berkembang menjadi rasa tidak percaya. Lebih bahaya lagi jika ada orang ketiga yang memberi bumbu, ini bisa menjadi penyebab awal keretakan rumah tangga. Cemburu boleh, namun harus dalam batas yang wajar yang terpenting adalah mempunyai sikap jujur, kejujuranlah yang akan membangun kepercayaan.
d) Beri Saran Membangun
Suami istri yang berkomunikasi dengan baik pastinya sudah tidak segan untuk mengungkapkan isi hatinya masing-masing. Keterbukaan itu perlu, memberi saran juga penting tentu saja harus lihat situasi dan kondisi. Disaat suami baru pulang kerja dalam keadaan capek dan lelah sebaiknya istri menahan diri untuk meberi kritikan atau sekedar sebuah saran. Tujuannya bukan untuk merubah watak dan karakter pasangan namun untuk memperbaiki sikap pasangan menuju yang lebih baik dan arah yang positif.
e) Dekat dengan Allah SWT
Memperdalam hubungan dengan Allah SWT adalah hal yang sangat penting. Allah adalah satu-satunya tempat mengadu, meminta, dan memohon. Semua yang terjadi di dunia ini adalah izin dari-Nya. Kelahiran manusia pun adalah dengan izin Allah SWT. Suami dan istri yang selalu melakukan ibadah yang berkelanjutan tentunya akan mendapat rahmat dan berkah dari Allah, akan dimudahkan dalam segala urusan, dan dimudahkan rezekinya. Dengan tercukupinya kebutuhan tersebut, maka hubungan yang terjalin di antara keduanya kan abadi hingga akhir hayat nanti.
Berbeda halnya jika sebuah keluarga dibangun berdasarkan harapan menumpuk materi sebanyak-banyaknya, suami yang tampan, istri yang cantik, mobil mewah dan kenikmatan-kenikmatan fisik lainnya. Produk keduniawian itu adalah manusia-manusia yang stress, suami bisa dengan mudahnya bisa mencari wanita lain yang lebih memikat hatinya. Pada saat yang bersamaan, istri yang kesepian juga berusaha mencari tempat bersandar atas beban hidup yang sedang ia tanggung. Akhirnya yang menjadi korban adalah anak-anak yang tak berdosa.
Penulis: Isnaini