Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Di jaman sekarang, ia akan membutuhkan orang lain, minimal di saat melakukan interaksi dan berkomunikasi dengan orang tuanya. Namun untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain ia harus tahu kepribadiannya. Tujuannya agar tujuan positif berinteraksi maupun berkomunikasi tercapai dengan tepat.
Mungkin kita pernah mendengar tipe-tipe kepribadian seperti kholeris, sanguinis, melankolis dan phlegmatis. Tipologi kepribadian tersebut dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno bernama Hipokrates yang kemudian dilanjutkan oleh Claudius Galen. Di masa berikutnya kemudian muncul berbagai teori lainnya.
Namun, sampai hari ini belum ada teori maupun alat (tes) yang bisa menjelaskan 100% akurat mengenai kepribadian dan perilaku seseorang. Sebab manusia itu unik. Hampir tidak ada manusia yang sama satu sama lain, walaupun mereka kembar identik.
Meskipun demikian, setidaknya kita bisa menggunakan salah satu teori tersebut secara mudah dan banyak dipakai saat ini, yaitu Myers Briggs Type Indicator atau MBTI. MBTI memiliki 4 dikotomi kepribadian yang dikombinasikan menjadi 16 tipe kepribadian.
“Dengan menggunakan MBTI, anda dapat memahami diri (True Self) bawaan lahir. Bawaan itu sering dibungkus oleh kebiasaan. Akhirnya banyak manusia berkembang tidak sesuai dengan apa yang dimodalkan oleh Allah,” ungkap Edwin Sumiroza, Trainer MBTI, Koordinator Departemen Pemuda Kepanduan Olahraga dan Seni Budaya (PKOSB) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
DPP LDII memiliki komitmen besar untuk meningkatkan potensi para kadernya. Maka untuk itulah pada 2 November 2013 lalu, menghelat kegiatan Pelatihan Pengembangan Diri untuk Mahasiswa. Kegiatan ini diinisiasi oleh Departemen PKOSB DPP LDII.
MBTI merupakan metode yang sangat populer, telah digunakan oleh berbagai perusahaan, rumah sakit, tempat ibadah. Bahkan, di Amerika Serikat, MBTI juga diterapkan pada angkatan bersenjata AS agar kekompakan dan ketepatan penempatan tim tetap terjaga.
“Secara umum, MBTI akan memberikan manfaat dalam melanggengkan hubungan suami istri melalui komunikasi yang tepat, memilih karir, dan menempatkan the right man on the right place. MBTI juga dapat menjadi sarana mengetahui kelebihan dan kekurangan diri serta sarana memperbaiki diri,” ujar Dra. Hj. Nana Maznah, M.Psi trainer MBTI yang juga pengurus DPP LDII Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan.
Empat dikotomi MBTI yaitu Arah fokus dan sumber energi, cara untuk mengumpulkan informasi, cara memutuskan dan mengevaluasi dan terakhir cara berinteraksi dengan lingkungan.
Anda akan mendapatkan dua pilihan mana yang paling sesuai dalam dikotomi arah fokus dan sumber energi. Dua pilihan tersebut adalah ekstrovet dan introvet. Ekstrovet merupakan tipe orang yang lebih senang berinteraksi dengan orang lain, kita akan melihat mereka cenderung ramai. Berkebalikan dengan ekstrovet, introvet cenderung lebih pendiam dan menyendiri. Namun, mereka dapat menjadi lebih ramai dari orang ekstrovet pada lingkungan tertentu yang telah mereka percayai.
Dikotomi selanjutnya adalah cara untuk mengumpulkan informasi. Dua pilihan kepribadiannya adalah sensing dan intuisi. Sensing merupakan tipe orang yang lebih terperinci dalam mengumpulkan informasi. Mereka nyata dan aktual, berbeda dengan orang tipe intuisi yang cenderung lebih berpikir global dan tidak ribet serta memiliki indra keenam.
Arah pilihan dikotomi ketiga adalah cara memutuskan dan mengevaluasi. Dua pilihannya adalah thinking dan feeling. Thinking merupakan tipe orang yang cenderung menyukai analisa, berpikir sebab akibat dan teguh dalam pendirian. Sedangkan Feeling lebih suka memahami orang lain, lembut berperasaan dan penuh kasih sayang.
Terakhir, dikotomi keempat adalah cara berinteraksi dengan lingkungan. Anda akan mendapatkan dua pilihan, yaitu Judging dan Perceiving. Judging adalah tipe orang yang bekerja sesuai dengan jadwal, memikirkan hal teratur, perencana dan suka mengerjakan sesuatu sampai selesai.
Sedangkan perceiving, lebih suka bekerja dengan spontan, dapat menerima informasi baru, tidak memiliki batasan, tidak ada masalah dengan deadline dan mengerjakan sesuatu pada menit terakhir.
Nah, selanjutnya mari kita coba mengenal diri menggunakan metode MBTI. Ada dua metode yaitu langsung dibimbing dengan trainer dan kita langsung menetukan pilihan. Selanjutnya, metode kedua yaitu kita mendapatkan form pilihan dan kita hitung kekuatan mana yang terbesar dari dua pilihan.
Ini pengalaman Frediansyah Firdaus salah satu peserta pelatihan pengembangan diri untuk mahasiswa, yang diadakan oleh departemen PKOSB DPP LDII turut mencoba eksplorasi pilihan pribadi metode MBTI. Dalam pelatihan itu, dia ingin menguji seperti apa tipe dirinya?
Ketika disodorkan dikotomi sumber energi ternyata pilihan Fredy jatuh pada Introvet. Cara mengumpulkan informasi yaitu Intuisi. Cara memutuskan dan mengevaluasi Feeling. Terakhir, cara berinteraksi dengan lingkungan yaitu Perceiving.
Dari 16 tipe kepribadian setelah dikombinasikan ternyata Fredy memiliki tipe kepribadian INFP yang berarti The Most Idealist. Benar saja, ciri-ciri umum yang dibeberkan tipe INFP hampir 90% cocok dengan tipe Fredy.
Ciri umum tersebut adalah pendiam, pemikir, dan idealis. Tertarik untuk masalah kemanusiaan, selalu ingin membantu. Memiliki sistem nilai yang kuat, sangat loyal. Mudah menyesuaikan diri, kecuali bertentangan dengan sistem yang dianut. Cepat melihat banyak kemungkinan, dan yang paling sesuai. Memiliki bakat sebagai penulis.
Kekuatan INFP berusaha untuk mencari yang tepat bagi setiap orang dalam suatu organisasi, sangat persuasif untuk mencapai hasil akhir yang ideal. Menghimpun rekan kerja untuk memiliki tujuan yang sama, menggali gagasan dan informasi baru bagi organisasi. Secara tenang mendorong berbagai pihak untuk mengikuti nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi.
MBTI selain membeberkan gambaran umum dan kekuatan, tidak lupa kelemahan juga dibeberkan dengan maksud kita dapat mengevaluasi kelemahan tersebut sehingga diri kita dapat menjadi lebih baik.
Contohnya saja, INFP ternyata memiliki kelemahan cenderung menunda penyelesaian tugas karena keinginan untuk sempurna. Berusaha memuaskan orang pada saat bersamaan, sulit menyesuaikan visinya terhadap fakta dan situsasi di lapangan. Serta terlalu banyak menggunakan waktu dalam berefleksi daripada melakukan tindakan nyata.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba MBTI? (Fredy/LDII News Network)