SOLORAYA-Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai perbedaan suku, agama, ras maupun antar golongan. Perbedaan seharusnya tidak lantas menjadikan konflik maupun perpecahan, tetapi justru menjadi motivasi mencapai persatuan dan kesatuan. Dalam hal ini LDII juga turut berupaya mewujudkannya dengan menggelar Pengajian Akbar se-Soloraya bertemakan Dengan Pengajian Akbar LDII Kita Wujudkan Akhlaqul Karimah untuk Meningkatkan Kerukunan Umat Beragama dan Tegaknya NKRI.
Perhelatan yang dilaksanakan pada Minggu (24/11) ini membanjiri Lapangan Kota Barat dengan jumlah jemaah sekitar kurang lebih 30.000 orang yang berasal dari Solo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo dan Klaten.
Acara dihadiri oleh Ketua DPR RI Dr. H. Marzuki Ali, S.E, M.M, Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo, S.H, seluruh Walikota/Bupati se-Solo Raya atau yang mewakili, Ketua MUI Solo, pimpinan ormas Islam se-Soloraya, dan tamu undangan lainnya.
“NKRI harga mati, sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Islam tidak bertentangan dalam Pancasila, namun berpadu dalam Pancasila. Justru Islam yang mengilhami Pancasila.” Itulah salah satu kalimat sambutan Ketua DPR RI Marzuki Ali yang sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ketua umum DPP LDII, Prof. DR. Ir. KH. Abdullah Syam, M.Sc APU bahwa LDII dari dulu hingga sekarang tetap pada falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Gema wahyu Illahi oleh Fahim bin Kholil Busthomi generasi hafidz Alquran turut mengawali pengajian yang diisi oleh salah satu ulama LDII yaitu Drs. H. M. Thoyibun, S.H, M.M. Beliau menasihatkan bahwa untuk mewujudkan kerukunan perlu memiliki akhlakul karimah (akhlak yang mulia), yaitu dengan menjadi orang yang jujur, amanat, rukun kompak, kerjasama yang baik, sederhana, sabar dan keporo ngalah (banyak mengalah-red).
Ditemui saat acara berlangsung, Drs. H. Sutiono, M.Pd selaku Ketua Panitia Pengajian Akbar menyebutkan capaian yang diharapkan dari acara ini yaitu ada tiga. “Satu, warga LDII, masyarakat, dan umat Islam bisa melaksanakan agama Islam secara kaffah (menyeluruh). Dua, kerukunan antar dan inter umat beragama khususnya se-Solo Raya. Tiga, tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).” (Dita)