BAITI JANNATI – Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama seorang anak untuk mengenali dan menghadapi kondisi dunia. Terutama terkait peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual. Tidak heran banyak pakar yang setuju bahwa baik buruknya perkembangan anak sangat dipengaruhi pengasuhan keluarga di rumah.
Dalam acara workshop pendidikan parenting yang diadakan DPP LDII 4-5 Januari 2014 lalu, Nuranissa Parama Bekti memaparkan peran penting keluarga dalam menghalau dampak negatif perkembangan zaman dan globalisasi. Globalisasi yang menurut Nisa telah masuk ke berbagai sektor sangat sulit terbendung, terutama budaya barat yang negatif.
“Globalisasi barat telah masuk dan merubah sistem kehidupan generasi muda yang menjadi generasi penerus bangsa,” ungkap Nisa. Sebut saja seks bebas, penyebaran media berbau porno, obat-obatan terlarang, serta prilaku konsumtif generasi muda saat ini adalah sederet berita buruk yang harus dihadapi para orang tua saat ini.
“Kita tidak dapat menhentikan berbagai perubahan zaman tersebut yang bisa kita lakukan adalah memberikan pembekalan pola pikir kepada anak sehingga mereka tidak mudah terpengaruh,” papar Nisa kepada para peserta workshop. Nisa menjelaskan acara sinetron, siaran tv, iklan, dan jejaring sosial secara tidak langsung memberikan brainstorming negatif kepada perkembangan anak sehingga harus di kontrol dan diwaspadai.
Sebut saja adab berbicara dan berprilaku di acara sinetron, setting mewah yang ditampilkan, dramatisasi kemiskinan, hingga deretan iklan yang mengubah keinginan menjadi kebutuhan. “Tanpa kita sadari anak-anak kita dipengaruhi untuk berbicara tidak sopan kepada orang tuannya. Selain itu setting situasi di acara film selalu ditata mewah sehingga seolah-olah kebahagiaan bisa didapatkan hanya dengan kemewahan. Sebaliknya kemiskinan kerap kali digambarkan sangat berlebihan seolah-olah bagaikan penderitaan tak berkahir,” jelas Nisa.
Di akhir presentasinya Nisa memberikan suatu kata mutiara “No family is perfect. We argue, we fight. We even stop talking to each other at the time, but in the end, family is family. The love always be there.” Seberat apapun masalah yang dihadapi keluarga dan berbagai pertikaian yang terjadi di dalammnya, menurut Nisa merupakan suatu hal yang wajar. Hal yang paling penting adalah bagaimana keluarga menyikapi hal tersebut. (Bahrun/Lines/Foto: Flickr/Jim Boud)