INFO HAJI – Memasuki bulan Haji tahun 2013, persiapan dan kesiapan calon jamaah haji jauh-jauh hari perlu diperhatikan. Ini mengingat perjalanan haji memakan waktu yang cukup lama, setidaknya selama satu bulan penuh berada di daerah yang kondisinya sangat berbeda dengan di Tanah Air.
Hal ini disampaikan oleh Kabid Kesehatan PPIH Embarkasi Arab Saudi, Firdiansyah melalui Kepala Seksi Kesehatan Daker Jeddah Marsip Sarumpaet saat diwawancarai oleh Koordinator MCH Daker Jeddah, Iwan Supriadi, Minggu (8/9/2013).
Bagi orang Indonesia, selain suhu yang tinggi, kelembaban udara di Saudi juga tergolong rendah. “Kelembaban di sini rata-rata di bawah 30 – 40%. Artinya, kadar air udara di sini di bawah 30 – 40. Sementara hidung kita terbiasa dengan kondisi udara yang lembab, mencapai 80 kalau di Indonesia,” katanya.
Untuk itu, jamaah haji Indonesia akan diberikan masker ketika di embarkasi. “Gunakanlah masker itu sebaik mungkin. Masker itu bisa dibasahi untuk menjaga kelembaban saluran pernapasan sehingga tidak mudah teriritasi,” tuturnya.
“Masker yang dibagikan di embarkasi itu terbuat dari kain sehingga tidak perlu dibuang, bisa dicuci dan dipakai kembali,” ujarnya.
Masker juga bisa berfungsi untuk menjaga saluran napas karena fungsi saluran napas juga harus dilindungi selama di Arab Saudi, khususnya terkait adanya penyebaran Corona Virus. “Jadi, selain untuk menghindari iritasi dan menjaga kelembaban saluran pernapasan, masker juga untuk menghindari kuman yang sangat ditakutkan,” imbuhnya.
Dikatakan bahwa dari 108 yang positif tertular Corona Virus, 50 di antaranya meninggal dunia, dan itu paling banyak di Arab Saudi. “Ini kunci utama penggunaan masker,” tegasnya.
Selain itu, jamaah haji dihimbau agar menjaga kondisi fisiknya agar tidak memaksakan diri beribadah sunah sehingga kelelahan yang berakibat pada kesehatan. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu ibadah wajib seperti wukuf di Arafah.
“Jamaah agar jangan terlalu memaksakan diri. Jangan memaksakan yang sunat, pas Arafahnya justru jatuh sakit. Ini kan menyedihkan,” himbau Kepala Seksi Kesehatan Daker Jeddah Marsip Sarumpaet. Menurutnya, himbauan ini penting untuk diperhatikan, terutama bagi para jamaah yang masuk ketegori resiko tinggi (risti).
Lebih aman dan untuk berjaga-jaga, agar calon jamaah haji mempersiapkan masker sejak di Tanah Air dengan membeli di apotik terdekat.
Layanan Perbankan di Arab Saudi
Sementara itu Kemenag meluncurkan layanan penyimpanan uang yang bisa dimanfaatkan oleh jamaah haji. Ini salah satu cara untuk berjaga-jaga dari risiko uang hilang.
Layanan anyar itu diluncurkan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Anggito Abimanyu dalam acara Peluncuran Pelayanan Perbankan dan Sistem Informasi Pengendalian Petugas dan Jamaah Haji di Asrama Haji Pondokgede, Jakarta Timur, Senin (9/9/2013).
“Aktivitas jamaah di Makkah sangat lama, sehingga sangat rawan terjadi hal tersebut. Kasus yang paling banyak yakni hilangnya uang untuk biaya hidup atau living cost,” kata Anggito Abimanyu.
Di Makkah, lanjut Anggito, jamaah akan beraktivitas selama 25 hari. “Di sana sangat individualistis, apalagi saat jamaah melakukan aktivitas Armina selama lima hari seluruh barang biasanya ditinggal sehingga sangat rawan kehilangan. Belum lagi, pemilik rumah tidak ada di sana, jadi ini sangat riskan,” tuturnya.
“Untuk menghindari kejadian tersebut, Kemenag bekerja sama dengan empat bank di Indonesia meluncurkan pelayanan perbankan yang terintegrasi dengan bank di Arab Saudi,” tuturnya.
Layanan penyimpanan uang ini dalam bentuk kartu ATM yang dicetak 4 bank yakni Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank Syariah Mandiri (BSM). Kartu ini didaftar dan para jamaah haji menerima rekening. Cuma butuh waktu 5 hingga 10 menit untuk mendapatkan kartu ini, gratis.
Dengan memiliki kartu debit berlogo visa dan mastercard, jamaah bisa menarik di ATM bank Arab Saudi. “Uang yang keluar adalah real bukan rupiah. Biayanya tinggal dikoversikan dengan mengurangi dana yang disimpan,” paparnya.
“Pelayanan saat ini baru di Makkah saja, ke depan kita akan bekerja sama dengan bank yang lebih besar lagi. Biaya yang dikenakan sekira Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per transaksi, sehingga disarankan ambil jangan ambil dari jumlah yang sedikit,” tuturnya.
“Kalau punya uang untuk keamanan disimpan saja jangan dibawa-bawa. Nanti di sana ATM dicolok, ambil uang dalam bentuk real. Kalau ada kesulitan telepon petugas dan akan mengganti. Ini cara untuk berjaga-jaga. Kalau jamaah yakin menyimpan, silakan tidak ada paksaan,” papar Anggito.
Keluarga para jamaah haji di Tanah Air juga bisa mentransfer uang dengan menggunakan rekening itu. (sa/kemenag.go.id/haji.okezone.com)