BALIKPAPAN – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kiai Ma’ruf Amin menyambangi Balikpapan selama dua hari. Diawali dengan menghadiri peringatan Hari Lahir ke-91 Nahdlatul Ulama (NU) di Dome Balikpapan, Jumat (3/2) yang lalu. Kemudian mendeklarasikan Gerakan Nasional Anti Narkoba (Gannas Annar), sekaligus melantik kepengurusannya yang digelar di Hotel Gran Senyiur Balikpapan hari berikutnya, Sabtu (4/2).
Pelantikan gerakan anti narkoba bentukan MUI ini dihadiri Forkopimda Kaltim, Walikota Balikpapan Rizal Effendi, Pangdam VI Mulawarman Mayjen Jhony L Tobing, Kapolda Kaltim Irjen Pol Safarudin, Kapolres Balikpapan AKBP Jefri Dian Juniarta, serta pimpinan organisasi masyarakat. Hadir H Sutamsis ketika masih menjabat sebagai Ketua DPW LDII Kaltim, juga H Herry Fathamsyah dan H Anzarudin dari DPD LDII Kota Balikpapan.
“Para cendekiawan muslim, kita memiliki tanggung jawab besar terhadap kehidupan umat, juga terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Masalah-masalah yang menjadi keumatan, berbangsa dan bernegara, itu juga menjadi tanggung jawab MUI,” ujar KH Ma’ruf Amin ketika menyampaikan sambutan deklarasi Gannas Annar.
Menurutnya, saat ini MUI tidak hanya berfatwa, tapi lebih dari itu, seperti membentuk Gerakan Nasional Anti Narkoba. “Di BNN ada Buwas (Budi Waseso, kepala BNN), di MUI ada Gannas. Jadi kalau Buwas dan Ganas bekerja sama maka dahsyat. Dan MUI membentuk struktur sampai ke bawah. MUI bukan hanya membentuk pengurus, tapi juga satuan tugas yang menghimpun, termasuk ormas Islam. Terutama kaum pemuda untuk bergabung,” paparnya.
Selain itu, menurutnya, MUI memiliki komitmen tinggi terhadap kebangsaan dan kenegaraan. “Dalam rakernas September lalu, MUI membuat statement penting. Pertama, tentang komitmen kebangsaan dan kenegaraan. MUI berkomitmen menjaga dan mempertahankan NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,” tuturnya.
“Kedua, komitmen terhadap kekuasaan negara yang sah. Ulama menolak perubahan kekuasaan secara tidak konstitusional,” ungkapnya. Untuk itu, MUI mengusulkan dialog nasional ke pemerintah untuk mencari solusi yang bersifat kebangsaan. “Jadi solusi kebangsaan. Solusi kebangsaan supaya bangsa ini utuh lagi,” ujarnya.
Berdasarkan pengalaman ulama, menurutnya, banyak orang terjebak memilih ketika bangsa ini dihadapkan pada pilihan agama dan Pancasila. “Kita pilih Pancasila bukan agama. Kita memilih agama bukan Pancasila. Tapi ulama memilih Pancasila dan juga agama. Pancasila dan agama tidak bertentangan. Pancasila dasar negara. Agama adalah Islam rahmatan lil alamin,” jelasnya.
Ia menegaskan Pancasila dan Islam tidak bertentangan. “Agama adalah petunjuk hidup kita, dan Pancasila adalah dasar negara. Jadi, dua-duanya. Pancasila tidak akan menggantikan agama. Agama tidak akan menggantikan Pancasila. Dua hal yang tak terpisahkan bagi umat muslim. Jadi tidak ada masalah lagi, selesai,” urainya panjang lebar.
Untuk menyatukan seluruh potensi bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, ia berharap meski berbeda hendaknya saling pengertian dan saling memaklumi. “Karena berbeda itu bangsa punya pedoman Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda agama tapi saling menghormati,” ujarnya.
“MUI bertekad menjadikan dirinya tenda besar umat Islam. Banyak ormas Islam lebih dari 60. Ini supaya kita menjaga ukhuwah islamiyah. Persaudaraan Islam, ada yang keras dan lembek. Setiap ormas punya gaya. Ada yang melembekkan yang keras, ada yang mengeraskan yang lembek, kalau keras terus kan repot. Kapan harus keras, kapan harus lembek. Ya proporsional saja. Pada tempatnya saja, itulah tugas MUI sebagai tenda besar,” tuturnya. (SA/LINES)