JAWA TIMUR – Bencana letusan Gunung Kelud, Jawa Timur (13/2) 23.00 malam hari menggemparkan warga di Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status awas hingga Sabtu (15/2) hingga beberapa hari ke depan. Ketua DPP LDII sekaligus Ketua DPW LDII Jawa Timur Ir Chriswanto Santoso, Msc, melakukan peninjauan langsung dampak gempa bagi masyarakat.
Chriswanto memastikan bahwa pos-pos yang berada di pesantren yang dikelola warga LDII siap membantu para pengungsi, “Dari empat posko, Pesantren Babussalam adalah pesantren resmi yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten Kediri,” ujar Chriswanto Santoso.
Dari pengamatan Chriswanto, kebutuhan makanan untuk pengungsi tercukupi baik dari bantuan warga LDII maupun dari pemerintah. “Persoalan utama adalah air bersih dan MCK,” papar Chriswanto, yang ditemui di lokasi pengungsian Pesantren Babussalam. Pelayanan medis menurut Chriswanto terkendala, minimnya jumlah relawan yang harus menangani ribuan pengungsi.
DPP LDII bekerja sama dengan DPD LDII Kediri membuka 4 posko pengungsian di regional Kediri. Posko 1 terletak di Pondok Pesantren Babussalam, Desa Siman, Kecamatanamatan Kepung dengan jumlah pengungsi yang terdata mencapai 3.901 jiwa serta 300 tambahan pengungsi dari SD Berumbung. Posko 2 terletak di Masjid Nurul Izzah, Desa Kepung Tengah, Kecamatanamatan Kepung dengan pengungsi sebanyak 25 jiwa.
Posko 3 terletak di Masjid LDII Desa Gadungan, Kecamatan Wates dengan pengungsi sebanyak 411 jiwa. Posko 4 terletak Masjid Baitil Karim, Desa Sidomulya, Kecamatanamatan Puncu dengan pengungsi sebanyak 180 jiwa. Keempat posko pengungsian tersebut terletak di daerah sebelah Selatan dan Timur dari Gunung Kelud sehingga tidak terkena dampak letusan begitu besar sebesar di barat.
Selain bantuan dari DPP LDII dan DPW LDII Jawa Timur beberapa bantuan telah berdatangan dari pemerintah dan TNI. Sebagai bentuk kepedulian antara umat beragama para suster dari Gereja Santa Maria, Tulungagung juga membantu LDII Posko 3 dalam penyediaan makanan. Meskipun sudah banyak bantuan yang berdatangan akan tetapi menurut Setya, Posko 1, Ponpes Babussalam mengaku pihaknya kekurangan air bersih karena air tanah di lokasi setempat tercemar abu letusan Kelud.
Pada Posko 2, Masjid Nurul Izzah, yang didominasi oleh anak-anak ini menurut penanggung jawabnya, Abdul Kawab menyatakan membutuhkan banyak popok, bubur, dan susu bayi. Sedangkan pada Posko Desa Gadungan menyatakan pihaknya masih membutuhkan bantuan berupa alas tidur, selimut, dan masker, papar Syai’in saat diwawancara Lines.
Akibat letusan Kelud dua hari terakhir, para pengungsi Ponpes Babussalam mulai ada yang terserang penyakit pernafasan dan mata. Tercatat 50 orang lebih di pengungsian tersebut terkena berbagai penyakit pascamengungsi.
Kekurangan masker dan debu yang menumpuk di lokasi menjadi penyebab utama penurunan kesehatan para pengungsi. Mahalnya harga masker yang dijual di pasaran pascaerupsi Kelud menyebabkan sebagian warga kesulitan untuk membelinya. Hujan lebat yang sempat dikeluhkan warga Jakarta kini sangat dinantikan kedatangannya oleh masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang terkena dampak langsung hujan debu Kelud. Mereka berharap hujan dapat membantu membersihkan debu-debu di jalan dan di atap bangunan rumah mereka.
Debu yang masih menyelimuti Kediri dan sekitarnya ini tidak hanya berdampak pada penurunan kesehatan warga akan tetapi juga berdampak lumpuhnya aktivitas masyarakat dan kegiatan ekonomi. Para siswa di berbagai sekolah di Kediri terpaksa diliburkan karena gangguan jarak pandang dan rusaknya beberapa bagunan sekolah. Tidak hanya itu abu vulkanik Kelud juga menutupi tiga candi di Klaten seperti Candi Plaosan, Candi Sewu, Candi Sajiwan serta beberapa candi lainnya di Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
Meskipun terlihat mulai membaik, akan tetapi M Hendrasto, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan status Kelud (tetap awas). “Saya malah khawatir tiba-tiba akan naik lagi seperti Gunung Papandayan,” jelas Hendrasto. Meskipun telah diperingatkan oleh pemerintah untuk menjauhi Kawah Kelud sejauh 10 km, akan tetapi masih banyak pengungsi yang nakal dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Mereka kembali ke rumah mereka dengan alasan untuk memberi makan ternak mereka dan menyapu debu di atas atap rumah mereka karena takut akan membuat roboh. Hal ini menurut Hendarsto sangat berbahaya. Para pengurus DPD LDII Kediri yang bertugas di lokasi pengungsian juga menghimbau hal yang sama agar warga tetap berada di posko hingga status membaik. Para relawan ini meminta agar warga lebih bersabar dan lebih mementingkan keselamatan dirinya.
Hingga kini, pihaknya tidak dapat memastikan kapan semburan asap dari Kawah Kelud dapat berakhir. Asap putih keabuan sesekali masih terhempas ke atas langit Kediri. Hal ini menurut Hendrasto disebabkan kerena sumbatan di bibir Gunung Kelud sehingga semburan ini berlangsung lama dan sangat tinggi. Berdasarkan hasil pantauan tim PVMBG hingga Sabtu sore masih terlihat semburan debu vulkanik hingga setinggi 3 km di atas permukaan kawah. Hendrasto juga menambahkan saat ini sudah tidak terjadi gempa lagi, semburan dan suara gemuruh yang terjadi di kawah saat ini menurutnya lebih disebabkan karena tremor.
Ketua DPW LDII Jawa Timur Chriswanto meminta kepedulian masyarakat yang tak terdampak bencana untuk membantu para pengungsi pascaerupsi Gunung kelud, “ereka membutuhkan biaya untuk memperbaiki rumah dan kebun mereka yang rusak,” ujar Chriswanto. (Bahrun/LINES)