JAKARTA – Manajemen Pengetahuan (MP) adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi. Fokus dari MP adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan.
MP dipopulerkan oleh Cut Zurnali (2008) mengemukakan istilah knowledge management pertama sekali digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan pada tahun 1993.
Menurut Wakil Sekretaris Umum DPP LDII Dr. Basseng, M.Pd menyatakan berbeda dengan organsasi pelayanan pemerintah yang dapat dimonopoli oleh pemerintah, organisasi masyarakat seperti LDII dituntut untuk melakukan perbaikan agar tidak punah. Hal ini menuntut ormas untuk terus memperbaiki diri agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Terlebih untuk menghadapi masalah adaptif yang mebutuhkan respon cepat, tambahnya. “Kegagalan mengatasi masalah adaptif berujung pada kematian organisasi,” jelas Basseng.
Menurut Basseng beberapa masalah yang menyebabkan lambatnya adaptasi suatu oranisasi karena hilangnya pengetahuan teknis karena mutasi anggota ahli dan regenerasi pengetahuan teknis yang tidak berjalan. Hal ini menurutnya menyebabkan rantai pengetahuan terputus dan berdampak vital bagi organisasi.
Dr Nungky Munir, MBA. Staf Pengajar Senior PPM Mangemen, yang juga memberi materi, banyak menjelaskan tentang cara mereplikasi pembelajaran manusia dan organisasi yang baik. Replikasi pengetahuan menurutnya tidak hanya harus dilakukan lewat penularan internal akan tetapi juga lewat belajar dari organisasi lain dan lingkungan sekitar.
Nungky menambahkan suatu manajemen pengetahuan yang tidak dapat diperoleh bertanya dan buku saja, tetapi harus dengan aktif dan praktik. “Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara yang aktif dan dicari. Dimana pengetahuan. Siapa yang memiliki. Bagaimana cara memperolehnya,” tegas Nungky.
Nungky mencontohkan untuk belajar memasak, seseorang tidak bisa hanya membaca resep. Untuk mendapatkan pengetahuan cara memasak seseorang harus praktik memasak berkali-kali dan mengenali setiap komponen masakan yang akan dimasak.
Dalam materinya Nungky juga sempat memuji LDII yang menurutnya berhasil mendidik etos kerja anggotanya. Dirinya menceritakan pengalamannya memiliki pegawai anggota LDII. Cara-cara LDII membentuk diri anggotanya menurutnya sangat baik dan patut untuk direplikasi oleh organisasi lain. (Bahrun/Lines)