NASIONAL – Pembukaan Rapimnas LDII 2014 pada Selasa, 13 Mei 2014 di Balai Kartini, Jakarta mengundang sejumlah ormas-ormas Islam, Keuskupan Jakarta, Duta-duta besar seperti Kedutaan Besar Malaysia, Singapura, Arab Saudi dan Amerika.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP LDII, Abdullah Syam menyampaikan, kehadiran peserta Rapimnas 2014 ini untuk memperkuat legitimasi, membahas isu-isu strategis yang akan dititipkan kepada masing-masing calon presiden 2014. Salah satunya dalam isu perekonomian, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi lebih maju. “Sebagai bagian dari anak bangsa, LDII mensyukuri pencapaian ini. Siapa pun nanti pemimpin bangsa, LDII berharap agar terus menciptakan kemajuan bagi bangsa,” ujar Abdullah Syam.
Dakwah tidak hanya dilakukan dengan lisan namun juga dakwah bil hal, amal perbuatan. Dengan kesempatan seperti ini, membuat LDII dapat terjun langsung mengatasi masalah2 dalam masyarakat. Contoh, 7 Juli 2012, LDII membantu petani memberdayakan kelapa di Kulonprogo (pembuatan nata de coco). Bukan sekedar program dakwah bil hal, namun juga penerapan prinsip Pancasila. Hal ini merupakan manifestasi murni dari sila keadilan sosial.
Dakwah bil hal, dikenal sebagai kontribusi atau amalan yang memberi manfaat untuk bangsa. Contoh lain, LDII pernah membantu mensosialisasikan pemeliharaan biota laut, membantu merawat penggunaan komunikasi dan informasi melalui gerakan internet sehat. LDII bukan hanya talking organization namun doing organization.
Di antara semua isu pembangunan yang ada, pada Rapimnas ini, LDII akan membahas delapan isu di antaranya, Kerukunan Antar Umat Beragama, Pemerintah yang Bersih, Kedaulatan Pangan, Pelestarian Alam, Teknologi Informasi, Kepemudaan dan Pemberdayaan Sumber Daya Alam. Dalam membahas isu-isu strategis secara perspektif ilmiah maupun syari’ah, LDII melakukan antisipasi dengan membentuk dewan pakar dan majelis taujih wal irsyad. LDII berharap, dapat memberikan kontribusi positif pada roda pemerintahan lima tahun ke depan.
Menteri Agama Republik Indonesia, Suryadharma Ali menambahkan, pembinaan persatuan dan kesatuan tidak terpecah belah hanya karena kepentingan kelompok. Permasalahan yang ada diselesaikan dengan jalan musyawarah seperti dicantumkan azas sila keempat dalam pembukaan UUD 1945. Dalam memilih presiden pada zaman dulu tidak berdasarkan kekayaannya, kekuasaannya namun dipilih dari keteguhan hati dan kepandaian menjadi pemimpin.
Memilih pemimpin saat ini haruslah pemimpin yang memiliki konsep. “Jangan seperti membeli kucing dalam karung,” ujar Suryadharma yang menyampaikan sambutannya dalam pembukaan Rapimnas LDII 2014. “Persoalan bangsa belum selesai hanya memilih pemimpin. Namun juga bagaimana mempersiapkan generasi muda yang berkarakter dan berakhlak terpuji. Pendidikan diarahkan kepada persoalan akidah. Banyak sosok yang memiliki karakter integritas yang dapat dicontoh seperti Tholut dan Nabi Yusuf,” ujarnya dalan akhir sambutan. (Noni)