JAKARTA – Pemuda berseragam hitam yang bertuliskan logo Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Persinas Asad di bagian dada itu lincah menyabetkan golok dan menghindari serangan lawan. Lawannya pun tak kalah tangguh dan bersiap melancarkan gerakan seni bela diri berikutnya.
Tidak hanya dua orang pemuda tadi, namun juga 8 pemuda lainnya dari berbagai usia, menampilkan kebolehan mereka di hadapan ratusan peserta Musyawarah Nasional IV Persinas Asad pada Rabu (06/05/2015), di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Penampilan mereka ikut meramaikan pembukaan Munas yang juga dihadiri oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang diwakili oleh Sekretaris Menteri, Alfitra Salam, KONI Pusat yang diwakili wakil ketua umum KONI, Mayjen TNI Purn. Suwarno, Dewan Pembina PB IPSI, Edi Marzuki, serta Ketua Persinas ASAD Agus Susaso.
Alfitra Salam dalam pembukaan Munas IV yang bertemakan ‘Melalui Gerakan Pencak Silat, Kita Tingkatkan Partisipasi Gerakan Pemuda Dalam Membangun Bangsa’ ini mengatakan, “Tidak hanya pembangunan karakter serta revolusi mental, namun berharap juga menjadi bagian pembangunan nasional.” Tentunya diiringi kontribusi besar dari para pesilat itu sendiri.
“Ada sebanyak 800 perguruan silat di Indonesia, bisa mengakumulasikan kegiatan-kegiatan nasional sehingga menjadi kontribusi bagi pembangunan nasional,” ujar Fitra. Sebelumnya, Suwarno juga menyatakan kritikannya bahwa dalam cabang olahraga pencak silat, Indonesia masih kekurangan mengirimkan sumber daya yang mumpuni dan dapat bersaing dengan negara lain.
“Dalam perkembangannya, olahraga dapat mengangkat derajat bangsa di forum internasional,” katanya. Menurut Suwarno, jika tema kali ini berkaitan dengan pembangunan bangsa, maka ini (kekurangan sumber daya manusia) adalah tantangan. Karena itu, ia berharap dengan diadakannya Munas ini, pengurus yang terpilih dapat membawa kepengurusan lebih baik di masa depan. “Perlu melakukan pembinaan atlet, penyeleksian serta melakukan pembinaan terhadap pelatih secara simultan,” ujarnya.
Selama ini, pencak silat Indonesia masih mengalami kekalahan terutama dari kelompok putri. Pelatih Nasional Indro Catur dan Tulus, yang berkesempatan memberikan materi hari itu mengungkapkan, kekalahan dipengaruhi faktor fisik. “Barangkali dari kelompok putra tidak terlalu signifikan, namun yang jadi masalah serius kami adalah kelompok putri,” paparnya. Padahal, pada SEA GAMES mendatang, rencananya Indonesia menjadi tuan rumah. Karena itu, kedua pelatih tersebut berharap kontribusi besar dari para atlet.
“Didukung dengan lingkungan kondusif antara atlet dan pelatih, latihan yang berkesinambungan, adanya standarisasi.” Selama ini, kerugian diderita banyak pihak sebab lemah di sisi subjektif dan tidak adanya standarisasi. “Atlet, dalam hal ini pesilat, harus memiliki strategi,” ujar mereka. Jika latihan terus-menerus berkesinambungan bukan tidak mungkin para atlet akan mendapat hasil maksimal.
Sementara itu, Edi Marzuki mengatakan bahwa pencak silat mencakup tiga hal yakni akhlak, pembelaan diri atau secure, dan seni atauart. Dia berharap, pencak silat dapat menjadi pelopor pembangunan serta berkembang juga menjadi ibadah. Sedangkan Agus Susaso, menegaskan pencak silat bagian dari komunitas yang dapat menjadi wadah generasi muda menyalurkan hobi, dengan demikian, generasi muda dapat tertarik.
Kasdam Jaya Brigjend TNI Ibnu Tri Widodo menambahkan, “Pemuda harus selalu di depan dan berperan penting dalam sejarah. Keunggulan yang dimiliki Indonesia saat ini justru menimbulkan perpecahan. Karenanya, perlu mewujudkan kesamaan persepsi menghadapi ancaman dan solusi yang penggeraknya adalah pemuda. Namun, jika tidak berprestasi, paling tidak (pemuda), jangan melanggar.”
Ya, pemuda adalah ujung tombak pembangunan bangsa. Pemuda yang gigih dan berdaya juanglah yang amat dibutuhkan bangsa. Ibarat organ hati, jika hati itu buruk, maka akan berpengaruh terhadap organ-organ tubuh lainnya. Jika hati itu baik, maka akan memberi kebaikan juga bagi yang lainnya. (Noni/LINES)