NASIONAL – Menjelang Rapat Pimpinan Nasional DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pada 13-16 Mei 2014, LDII mengadakan audiensi dengan Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Dalam kesempatan itu, LDII menawarkan konsep pelibatan ormas dalam sistem pertahanan nasional, sebagai bentuk pelaksanaan bela negara sesuai pasal 27 ayat 3 UUD 1945 bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
Pertemuan antara pengurus DPP LDII dan Jenderal Moeldoko dilaksanakan pada Kamis (17/4) di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur. Dalam kesempatan itu Panglima TNI menyatakan bahwa LDII memiliki peran dan nilai strategis dalam membangun karakter bangsa, “LDII telah membina generasi muda di segala bidang, baik agama, keterampilan, cinta tanah air, olahraga dan lain sebagainya,” ujar Jenderal Moeldoko.
Jenderal Moeldoko mencontohkan bagaimana perguruan Shaolin mampu membangun karakter generasi muda di Cina sejak dini. Mereka didik sejak usia kanak-kanak hingga dewasa, untuk menjadi pendekar yang tangguh. “Inilah pembangunan karakter. Saya berharap LDII dapat membina generasi penerus bangsa sehingga mempunyai karakter yang kuat, dan profesional religius,” ujar Jenderal Moeldoko. Dalam pertemuan itu Panglima TNI didampingi Asisten Teritorial (Aster) Mayjen TNI Ngakan Gede Sugiartha Garjitha dan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya.
Di samping beraudiensi, Ketua Umum DPP LDII Prtof Dr Ir KH Abdullah Syam, MSc menyerahkan surat undangan Rapimnas LDII 2014 kepada Jenderal Moeldoko. Abdullah Syam dalam paparannya mengungkapkan kegiatan LDII, selain dakwah, juga membangun karakter generasi muda sejak dini di berbagai bidang. “Setiap warga LDII dibina sejak usia dini. Untuk jenjang kanak-kanak disebut sebagai cabe rawit, muda-mudi, hingga usia dewasa. Untuk keluarga dibekali dengan pelatihan mengasuh anak, membina keluarga sakinah,” kata Abdullah Syam.
LDII meyakini bahwa Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 45, dan NKRI adalah harga mati, untuk itulah LDII menanamkan wawasan kebangsaan dalam berbagi seminar dan pengajian di lingkungan LDII. “Kami ingin mewujudkan generasi yang professional religious, berkarakter kuat, dan cinta tanah air,” ujar Ketua DPP LDII Ir H. Prasetyo Sunaryo, MT.
Menanggpi pemaparan LDII, Jenderal Moeldoko mengungkapkan pentingnya peranan LDII dalam membangun umat Islam agar tidak terpecah-pecah dan bisa saling bekerjasama, baik sesama ormas maupun dengan lembaga negara antara lain dengan TNI, agar terciptanya NKRI yang kuat.
“Saya menyayangkan ada pemahaman umat Islam yang keliru, orang Islam yang tinggal di Indonesia, atau orang Indonesia yang beragama Islam, yang hidup dalam keberagaman, baik suku, agama, dan kebudayaan, karena itu Islam mengajarkan agar kita bisa hidup berdampingan dengan sesama warga demi tercapainya Indonesia yang satu,” ujar Jenderal Moeldoko. Persoalannya, menurut Panglima TNI, ada beberapa elemen kelompok Islam yang memaksakan kepahaman mereka itu dan menebarkan bibit permusuhan ke umat beragama lain. Memecah belah kesatuan bangsa. Secara blak-blakan mengkafir-kafirkan orang lain dan lain sebagainya.
“LDII berdasarkan Alquran dan Alhadist berarti tidak ada yang menyimpang. Apalagi asas organisasinya UUD 1945 dan Pancasila, yang mengedepankan kesatuan dan persatuan bangsa dalam keberagaman. LDII harus selalu bisa menjaga pluralisme dan mau bekerjasama dengan umat beragama lain,” ujar Jenderal Moeldoko.
Jenderal Moeldoko meminta LDII membuat nota kesepahaman atau bekerjasama dengan TNI membina karakter bangsa dan membangun karakter generasi muda yang kuat. Sehingga ada gerakan yang sama di bawah seperti di Korem, Kodim, dan Babinsa, bekerjasama dengan LDII melakukan dakwah bersama dengan sekaligus memasukkan materi membangun karakter bangsa. “Selain itu, banyak sektor lain yang bisa kita kerjasama. Penandatanganan nota kesepahaman bisa dilakukan pada saat Rapimnas LDII bulan Mei mendatang,” ujarnya.
Hadir dalam pertemuan Dewan Penasihat DPP LDII KH Abdul Syukur), KH. Abdullah Syam, H. Prasetyo Sunaryo, H. Chriswanto Santoso, H. Dody Taufiq Wijaya, H. Abu Bakar Sidiq, H. Hidayat Nahwi Rosul, H. Ashar Budiman, H. Rully Kuswahyudi, dan Eko Mugianto. (Eko/LINES)