BALIKPAPAN – Isra Mikraj adalah kisah perjalanan dalam waktu satu malam, yang dilakukan oleh Nabi┬áMuhammad Shollallohu alaihi wasallam. Perjalanan dimulai dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Kemudian bersama Malaikat Jibril dilanjutkan menuju langit hingga Sidratul Muntaha.
Kejadian ini diyakini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Pada peristiwa inilah, melalui Nabi Muhammad, umat Islam mendapat perintah menunaikan salat lima waktu dalam sehari semalam. Kisah ini tertuang dalam Alquran Surah Al-Isra ayat pertama serta diriwayatkan dalam Hadits Sahih Muslim.
Di beberapa negara muslim seperti Iran, Pakistan, India, Turki, dan Indonesia, peristiwa tersebut sangat penting dan diperingati setiap tanggal 27 Rajab dalam Kalender Islam, dan menjadi hari libur nasional untuk memperingati kewajiban salat lima waktu bagi umat Islam.
Pemerintah Kota Balikpapan, melalui Badan Pelaksana Hari Besar Islam (BPHBI) turut menyelenggarakan kegiatan peringatan Isra Mikraj, di Aula Pemerintah Kota Balikpapan, Senin malam (18/5/2015), mulai pukul 20.00 sampai pukul 23.00 WITA. Kegiatan ini digelar dalam bentuk ceramah agama oleh Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA, mantan wakil Kemenag RI, dan dibuka oleh Walikota H Rizal Effendi, serta dihadiri unsur Muspida, DPRD, MUI, Kantor Kemenag, FKUB, ormas serta satuan kerja perangkat daerah lainnya.
“Subhanallah, kalimat ini diucapkan ketika takjub pada kebesaran Allah,” ujar Prof Nasaruddin Umar mengawali ceramahnya tentang Isra Mikraj dengan merujuk Surat Al Isra ayat satu.
“Kenapa Allah tidak mengatakan Subhanaladzi asra bi muhammadin? Kenapa tidak disebutkan Subhanaladzi asra bi nabiyin atau bi rasuluhin,” tanya Prof Nasaruddin. Menurutnya, karena siapapun yang merasa hamba itu berpotensi untuk Mikraj, yaitu melakukan perjalanan ke langit.
“Inti sampai ke puncak itu adalah bi abdihi, bukan abdahu. Jadi kalau orang tahu bahasa Arab, memang bukan hamba sembarangan ini,” ujarnya menegaskan.
Lalu, mengapa melakukan perjalanan pada malam hari, bukan siang hari. Menurutnya, di dalam Alquran semua perjalanan ritual itu dilakukan malam hari. Ia pun merujuk Lailatul Qadar. “Kenapa malam? Karena kalau malam hari itu yang aktif kecerdasan emosi,” katanya. “Kalau yang aktif itu akal, itu bakalan gak bisa khusyu,” tambahnya lagi.
Menurutnya, malam dalam bahasa Arab memiliki dua pengertian, malam dalam pengertian fakta kegelapan, dan malam dalam pengertian pembuktian, keheningan, kerinduan, kesyahduan, kehangatan, keakraban, kekhusyuan. “Mana yang paling penting, apakah malam dalam pengertian fakta, hadirnya kegelapan, ataukah malam dalam pengertian lughot, hadirnya ketenangan?” ujarnya.
Menurutnya, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghamba pada malam bulan Ramadan, menangisi dosa-dosa yang telah lalu di malam hari. Ia pun mengkritik acara televisi yang justru mengajak tertawa terpingkal-pingkal. Untuk itu, ia pun mengajak masyarakat agar tidak terlena dengan malam di bulan Ramadan.
Dalam Alquran, kisah seperti Isra Mikraj sulit untuk diterima akal manusia, tetapi perlu diyakini dengan iman bahwa itulah kebesaran Allah Subhanahu wa Taala.
Sementara itu, dalam kesempatan ini hadir Pimpinan Cabang (PC) LDII Kecamatan Balikpapan Tengah, H Asrul Sani BA, H Ahmad Saudi dari PC LDII Kecamatan Balikpapan Kota, PC LDII Balikpapan Barat serta Ir H Rachmat Muslim dari PAC Sumber Rejo dan perwakilan lainnya. (SA/LINES)