NTB – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013 dengan menghelat Penataran Wawasan Kebangsaan, yang dirangkai dengan penyuluhan anti penyalahgunaan Narkoba, Sabtu (26/10/2013), di Aula Makorem 162/Wira Bhakti Nusa Tenggara Barat.
Dengan melibatkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) LDII, Badan Nasional Narkotika (BNN), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi NTB, acara diadakan dengan tujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan warga LDII khususnya para pemuda. Pasalnya, tanpa penyuluhan dan bimbingan, masa depan Indonesia dipastikan tak menentu karena dekadensi moral generasi penerus bangsa.
“Perhelatan ini merupakan langkah konkrit dalam gerakan dakwah bil hal yang digagas sejak Munas LDII Tahun 2010 lalu,” kata Ketua Umum DPP LDII, Prof Dr Ir Abdullah Syam MSc. Dakwah bil hal adalah dakwah dengan misi kepada kesalehan sosial, dakwah yang sarat dengan nilai dan keteladanan moral, serta dakwah yang jauh dari radikalisme serta dakwah yang menguatkan komitmen kebangsaan serta pelestarian lingkungan hidup.
Abdullah Syam mengatakan bahwa dalam berbagai kegiatan konsolidasi organisasi di tingkat nasional, ia selalu menginstruksikan urgensinya wawasan kebangsaan bagi warga LDII, khususnya kepada generasi muda yang terlihat perlahan makin luntur rasa nasionalismenya. “Bahkan ada pemuda atau pelajar yang tidak hafal Pancasila,” ujar Abdullah Syam seraya prihatin.
Salah satu upaya sebagai bentuk peran serta LDII dalam pembangunan kepemudaan adalah dengan menghindarkan para pemuda dari ancaman bahaya narkoba. Menurut Abdullah Syam, DPP LDII bekerjasama dengan BNN dalam memerangi bahaya narkoba.
Menanggapi kegiatan ini, Ketua MUI NTB Prof Syaiful Muslim MM menuturkan bahwa kegiatan ini adalah momentum yang luar biasa, dan menunjukkan LDII telah mampu membangun kemitraan dengan berbagai pihak lain.
Sementara itu Ketua DPW LDII NTB, Ir Abdullah A Karim MSi dalam laporannya memaparkan bahwa saat ini muncul berbagai fenomena sosial ekonomi yang dipicu oleh kendornya simpul-simpul yang merekatkan ke-Indonesia-an seperti konflik antar kelompok atas nama suku, agama, ras (SARA), perbedaan ideologi politik, bahkan tawuran antar pelajar dan mahasiswa.
Berbagai ketidakteraturan sosial itu memberi penyadaraan bahwa simpul-simpul persatuan mulai kendor, sehingga perlu secara masif untuk dikuatkan kembali. “Penguatan empat pilar Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi harga mati,” lanjut pria kelahiran Dompu ini.
Di sisi lain, dalam jumlah yang juga tidak bisa dianggap kecil, ancaman krisis ahlak dan moral anak bangsa, khususnya kaum muda akibat pengaruh zaman akhir sebagai akumulasi dari dampak globalisasi yang dipelopori oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, mampu menggerus rasa nasionalisme dan jiwa kebangsaan
“LDII sebagai sebuah ormas Islam yang berkomitmen dalam membangun sumber daya manusia, dengan tagline membangun SDM yang profesional dan religious, memandang bahwa momentum Sumpah Pemuda adalah salah satu momentum yang tepat untuk merefleksikan kembali sejauh mana pembinaan generasi muda dalam pembentukan karakter bangsa dan nasionalisme bagi para pemuda, khususnya generasi muda LDII,” jelasnya. (*)