Setelah melewati sekian hari di bulan Ramadhan, terbesit dalam benak saya iklan salah satu merk pasta gigi terkemuka beberapa waktu silam. Iklan itu diluncurkan sekitar maret 2012 dengan tema “Gerakan 21 Hari Tari dan Sikat Gigi”. Bahkan berhadiah jalan-jalan ke Hongkong katanya. Sekarang pariwara itu tidak tayang lagi di layar kaca. Apa hubungannya dengan puasa Ramadhan?? hubungannya adalah masalah ‘behaviour change’- perubahan perilaku.
Walau sudah ada target-target tertentu selama menjalani puasa, rasanya dari tahun ke tahun belum ada perubahan signifikan bagi setiap diri yang peduli. Pas bulan Ramadhan tertib, atau agak tertib dibanding selain Ramadhan. Setelahnya akan kembali ke kebiasaan lama lagi. Nah, meminjam
tema iklan di atas, rasanya kali ini kita perlu mencobanya. Bayangkan, selama puasa kita khatam 30 juz Quran, setelah ramadhan bahkan sampai ketemu ramadhan lagi belum bisa mengkhatamkan juga. Lihat shalat sunnahnya. Selama ramadhan aktif taraweh minimal 11 rakaat, lewat ramadhan tak berbekas. Witir yang 1 rekaat saja ogah. Apalagi rutin shalat malam 11 rekaat. Sekarang cermati juga puasanya. Sebulan penuh berpuasa, setelah ramadhan males setengah mati untuk puasa sunnah. Nah, berarti ada yang salah di sini.
Teori ‘behaviour change’ mengatakan untuk mengubah sebuah kebiasaan seseorang maka diperlukan satu periode yang konstan dikondisikan kepada orang tersebut agar mengubah kebiasaannya. Dra. Sani Hermawan, psikolog menjelaskan, Dalam 21 hari itu sendiri terbagi tiga tahap untuk membentuk memori yang memerintah pikiran dan tubuhnya melakukan kebiasaan baru yaitu : 7 hari pertama adalah perkenalan / introduction, dalam tahapan ini ajaklah anak mengenal bentuk kegiatan dengan cara yang menyenangkan; 7 hari kedua adalah pengulangan / Exercise, masuk dalam tahap latihan.
Semakin sering anak melakukan kegiatan tersebut, semakin anak lebih mudah hafal dan menikmati; dan terakhir 7 hari ketiga lebih ke arah penguatan / Stabilization dimana menuju pemantapan. Diharapkan ‘perilaku’ pun terbentuk secara permanen menjadi suatu kebiasaan. Konsistensi diperlukan untuk mencapai perubahan ini, bila alpa sehari saja, maka akan dihitung ulang mulai dari hari pertama lagi. Sebaiknya, dilakukan bersama dengan anggota keluarga atau teman untuk mengingatkan kebiasaan baru tersebut.
Menurut riset Unilever di atas, 21 hari saja bisa merubah perilaku seseorang, apalagi jika 30 hari. Harusya lebih oke, Nandes, Mantep. Namun kenyataan berkata lain…
Kekeliruan atau kekhilafan pertama dalam menyambut ramadhan adalah persepsi mengejar pahala sebanyak-banyaknya. Tidak ada yang salah dengan ‘teori’ semacam ini. Mungkin dalil ini mendasari gerak – langkahnya;
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Adalah Nabi SAW orang yang paling dermawan diantara manusia pada kebaikan. Dan beliau paling pemurah pada bulan ramadhan, ketika Jibril bertemu beliau, dan Jibril AS bertemu beliau pada tiap malam di bulan ramadhan hingga selesai. Nabi SAW menyimakkan Al-Qur’an kepadanya. Maka apabila Jibril AS menemui beliau, beliau adalah sangat dermawan dalam kebaikan, lebih murah dari angin yang dilepas”. (HR. Bukhari Juz 2, hal. 228)
Banyak yang lupa terhadap matan hadits di atas, yaitu bahwa Nabi SAW di luar bulan ramadhan tetap paling dermawan diantara manusia. Jadi, jangan terpaku pada esensi lebih dermawan di bulan ramadhan. Sebab sebelum dan sesudah ramadhan tetap dermawan.
sholatKedua adalah masalah konsistensi. Banyak diantara kita tidak mau berniat melatih konsistensi dalam beramal selama ramadhan. Alangkah baiknya jika kita tidak tergesa-gesa dalam beramal di bulan ramadhan ini. Cobalah nanti menikmati taraweh yang 11 rekaat. Kerjakan dengan thuma’ninah,penuh kesungguhan dan kesabaran. cobalah nanti merutinkan membaca 1 juz perhari, dengan tartil dan sabar. Tidak perlu terburu-buru, tetapi dinikmati ayat per ayat, halaman per halaman. Demikian juga amal ibadah yang lain. Kerjakan dengan lebih khusyu’, istiqomah dan menghayati setiap laku amal ibadah kita dengan sabar dan ikhlas. Harapannya, timbul perubahan perilaku dan kesabaran serta kesadaran dalam beramal. Yaa konsisten…
Simak hadits dari Aisyah berikut ini;
“Nabi tidak pernah shalat malam baik di bulan ramadhan atau selainnya lebih dari sebelas raka’at”. (HR. Al-Bukhari No. 1147 dan Muslim No. 738)
Banyak diantara kita yang ngebut, lupa dengan dalil amalan yang disenangi oleh Allah.
Dari’Aisyah’, Nabi SAW bersabda; “Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit”. (Rowahu Muslim).
Dari Aisyah-radhiyallahu’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (Rowahu Muslim)
Dari Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rosulullah SAW ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rosulullah SAW menjawab, “Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.” (Rowahu Muslim).
Jangan hanya kita kampiun di ramadhan saja, tetapi tetap eksis sampai ramadhan depannya. Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi dan spirit tersendiri dalam menjalani ibadah bulan ramadhan.
Dan terakhir, mohon dimaafkan atas kekhilafan dan kesalahan saya yang banyak kirim celoteh-celoteh yang mungkin tidak sopan, kurang ta’dhim, kurang berkenan, dan lain sebagainya. Semoga kita bisa meraih 5 sukses ramadhan tahun ini dengan sehat dan sukses selalu. Amiin….
Oleh : Faizunal Abdillah
Sumber: ldii.or.id