Surakarta (25/10). Perkembangan era teknologi informasi yang sangat cepat memerlukan penyesuaian dan peningkatan kecakapan literasi digital agar bisa memanfaatkan teknologi ke arah yang positif. Presiden Joko Widodo menyampaikan kondisi pandemi membuka kesempatan untuk melakukan transformasi digital secara besar-besaran.
“Pembangunan infrastruktur digital terus dipercepat, ekonomi digital terutama UMKM terus ditingkatkan, sehingga masyarakat perlu disiapkan agar bisa lebih cakap terhadap digital,” tuturnya saat memberikan sambutan dalam webinar literasi digital dengan tema Cerdas dan Bijak Berinternet yang Bertanggung Jawab yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (25/10).
Ganjar Pranowo, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, mengajak untuk mengikuti gerakan literasi digital agar bisa mengasah kecerdasan dan kreativitas. “Dunia berubah semakin cepat tapi jangan sampai mengasingkan kita dari segala bentuk perkembangan terutama teknologi. Jangan hanya untuk game, whatsapp dan youtube. Banyak ruang yang bisa diselancarkan, diselami lebih dalam dan lebih jauh,” ujarnya.
Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka berharap, literasi digital dapat mendorong generasi muda dan milenial serta orang tua untuk mengasah keterampilan digital dan bisa dipraktekkan dalam semua kegiatan.
Untuk itu, diperlukan pilar etika yang perlu dipahami dalam bermedia sosial, hubungannya dalam proses literasi digital. Anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII, H. Akmaludin Akbar, S.Psi., M.Psi., mengungkapkan bagi seseorang yang ingin membagikan pesan menggunakan platform media sosial, harus mengetahui apakah pesan yang dibagikan itu memiliki manfaat atau tidak. “Sebagaimana dikatakan bermanfaatnya sebuah pesan bila mendatangkan kebaikan, mendatangkan ilmu dan mendatangkan rezeki,” ujarnya.
Ia juga menekankan perlunya mengecek kevalidan berita. “Harus berhati-hati dengan dorongan ingin dianggap yang pertama tahu, karena perasaan seperti itu terkadang mengesampingkan untuk mengecek kevalidan berita. Sehingga berita apapun yang datang atau masuk tidak dicek valid atau tidaknya namun langsung dishare,” jelasnya.
Jika ingin membagikan, meneruskan, dan mengcopi pesan atau hasil karya dari orang lain supaya mencantumkan sumbernya. “Diharapkan tidak menjatuhkan karya orang lain, kalau menurut kita karyanya tidak bagus, lebih baik diam. Atau kalau memang perlu mengkritik bisa disampaikan di pesan langsung. sehingga tidak menjatuhkan orang tersebut,” lanjutnya.
Etika bermedia sosial perlu memperhatikan gaya bahasa. Tulisan dapat menjadi ambigu karena tidak ada intonasi, maka diperlukan bahasa yang santun. “Karena bisa jadi pesan yang sifatnya baik ketika dikirim tapi dengan menggunakan bahasa yang tidak baik malah terjadi salah mengartikan, sehingga perlu membaca ulang pesan sebelum dikirimkan,” jelasnya.
Bermedia sosial juga memerlukan pencantuman nama asli dan foto asli, dengan menjelaskan dan jujur tentang siapa diri yang bersangkutan. “Menjadikan anda lebih bertanggung jawab dan berhati-hati dalam bermedia sosial,” ungkapnya.
Di akhir sesi pemaparannya, Akmal menambahkan bahwa teman adalah cerminan kita. Yang kita ikuti dan lihat di youtube, twitter dan facebook mencerminkan diri kita. “Kalau yang sering dilihat berita bohong, adu domba atau yang menimbulkan perpecahan, itu mengambarkan circle pertemanan dari seseorang. Sebaliknya, kalau yang difollow bermuatan konten positif dan kreatif, maka itu menggambarkan diri bahwa kamu orang yang positif dan kreatif,” tutupnya (Dita/FF Lines).