KEDIRI – Upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan terus digaungkan. Salah satunya melalui Pelatihan Tim Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan (TPPK) yang digelar DPP LDII di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, selama tiga hari, 23-25 Mei 2025.
Ketua DPP LDII Rubiyo dalam sambutannya, menegaskan pentingnya menjadikan sekolah dan pesantren sebagai ruang yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi perkembangan holistik siswa dan santri.
“LDII berupaya membangun sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan melalui pengembangan dan penerapan 29 karakter luhur,” ujar Rubiyo.
Ia menambahkan, pelatihan ini juga merupakan bentuk dukungan LDII terhadap kebijakan pemerintah, khususnya Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan.
“Regulasi ini mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan, dari jenjang PAUD hingga pendidikan menengah, wajib membentuk TPPK,” jelas peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini.
Rubiyo menerangkan, program perintisan sekolah aman, nyaman, dan menyenangkan (SANM) diselaraskan sepenuhnya dengan kebijakan ini, demi menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan, baik fisik maupun psikologis.
Kegiatan ini mendapat apresiasi langsung dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Abdul Mu’ti, yang hadir secara daring pada sesi penutupan, Minggu (25/5). Ia menilai, pelatihan ini sangat strategis dalam membangun karakter peserta didik dan memperkuat sistem perlindungan di satuan pendidikan.
“Terima kasih kepada LDII yang telah menyelenggarakan pelatihan TPPK. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami para pendidik untuk menciptakan ruang belajar yang bebas dari kekerasan,” ungkap Abdul Mu’ti.
Ia berharap LDII dapat terus menjadi pelopor dalam mencetak generasi muda yang berkarakter luhur, sekaligus berkontribusi dalam menciptakan budaya sekolah yang sehat secara emosional dan spiritual.



DPD LDII Kota Balikpapan Ikuti Pelatihan TPPK Secara Penuh
Salah satu yang mengikuti kegiatan ini secara serius adalah DPD LDII Kota Balikpapan, yang mengikuti seluruh rangkaian pelatihan secara daring dari Pondok Pesantren Bairuha, Sabtu hingga Minggu (24–25/5).
Ketua DPD LDII Kota Balikpapan, H. Herry Fathamsyah, menyatakan bahwa pihaknya sangat bersyukur dapat mengikuti kegiatan ini hingga selesai. Menurutnya, pelatihan TPPK menjadi bekal penting bagi para pengelola lembaga pendidikan dalam mencegah dan menangani berbagai bentuk kekerasan di sekolah dan pesantren.
“Alhamdulillah, DPD LDII Balikpapan telah mengikuti pembukaan pelatihan TPPK dan perintisan Sekolah Aman, Nyaman, dan Menyenangkan (SANM) secara daring. Para peserta mengikuti dengan semangat dan serius,” tutur Herry.
Ia menegaskan bahwa seluruh pengelola pendidikan di bawah naungan LDII, termasuk Yayasan Pendidikan Tri Sukses Generus dan Yayasan Bairuha, telah diinstruksikan untuk mengikuti pelatihan ini. Mulai dari ketua yayasan, kepala sekolah tingkat SD, SMP, SMA, hingga pengasuh pondok pesantren.
Harapan Implementasi di Lingkungan Pendidikan LDII
Herry berharap ilmu yang telah diperoleh dalam pelatihan ini tidak berhenti di tataran teori, tetapi bisa diimplementasikan langsung di lingkungan sekolah dan pesantren.
“Kami berharap materi dari para pakar dan pejabat kementerian ini bisa diteruskan oleh kepala sekolah kepada para guru, agar kualitas pendidikan LDII terus meningkat dan mendukung program pendidikan Kota Balikpapan,” tegasnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya membangun budaya pendidikan ramah anak, di mana sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang aman untuk tumbuh dan berkembang.
“Kami ingin sekolah dan pondok di bawah naungan LDII di Balikpapan menjadi contoh dalam membangun lingkungan pendidikan yang bebas kekerasan dan penuh kasih sayang,” pungkas Herry.
Sorotan Psikolog: Kekerasan Tak Selalu Fisik
Sebelumnya, dalam sesi pelatihan, psikolog Dian Alia Putri memaparkan bahwa kekerasan di lingkungan pendidikan tak selalu berbentuk fisik. Ia mengungkap enam bentuk kekerasan, mulai dari kekerasan verbal, perundungan, diskriminasi, hingga kekerasan seksual dan kekerasan sistemik berbasis kebijakan sekolah.
Dian juga menyoroti pentingnya pendekatan tabayun, yaitu menyelidiki setiap dugaan kekerasan dengan verifikasi yang berempati dan tanpa prasangka, agar proses penyelesaian lebih fokus pada pemulihan daripada sekadar penghukuman.
“Sekolah masa depan adalah tempat yang mampu mengelola konflik dengan bijak. Bukan tempat tanpa masalah, tapi tempat yang mendewasakan,” tegas Dian.
Pelatihan TPPK ini menjadi komitmen LDII dalam mendukung program nasional pencegahan kekerasan di satuan pendidikan dan memperkuat pendidikan karakter generasi muda Indonesia.
(SA/LINES)
LDII selalu mendukung program pemerintah. LDII selalu untuk bangsa.