BALIKPAPAN – Bulan suci Ramadan 1440 H segera tiba. Pada bulan suci ini umat Islam melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Puasa dimaknai sebagai upaya untuk menahan diri dari aneka keinginan dan hawa nafsu, terutama menjaga diri dari berlebihan mengonsumsi sesuatu.
Pemerintah Kota Balikpapan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Kantor Perwakilan (KPwi) Bank Indonesia Balikpapan menggelar sosialisasi bertajuk Ulama Peduli Inflasi. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi bersama ulama dan tokoh masyarakat yang berlangsung di Aula Gedung KPwi BI, Jalan Jenderal Sudirman Balikpapan, Kamis (2/5).
Ketua MUI Balikpapan Dr H Sugianto MM, dalam keterangannya selaku panitia mengatakan bahwa dengan kegiatan ini, para ulama maupun tokoh masyarakat dapat menyampaikan kembali kepada umat. “Yang jelas, bapak ibu sekalian, bagaimana memanfaatkan kegiatan ini untuk dapat memberikan pencerahan pada umat,” tuturnya.
Memasuki sesi pemaparan materi, panitia mendatangkan narasumber antara lain Dr H Sartono MM dari Kemenag, Drs Afif dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah, dan KH Muchlasin dari Nahdlatul Ulama.
Menurut Bank Indonesia dalam edaran yang diterima redaksi, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply, sisi permintaan, dan sisi ekspektasi inflasi.
Inflasi dari sisi supply disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price), bencana alam, dan terganggunya distribusi.
Inflasi dari sisi permintaan timbul karena tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaan. Dalam konteks makro ekonomi, permintaan total lebih besar daripada kapasitas perekonomian.
Sedangkan inflasi karena ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah cenderung adaptif atau forward looking, tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Ramadan, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru.
Jika terjadi inflasi yang cukup tinggi, maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Oleh karena itu, inflasi perlu dikendalikan. BI bersama pemerintah terus bekerja sama menjaga inflasi yang rendah dan stabil dengan langkah-langkah menjaga stabilitas harga.
Sementara itu, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi memastikan keamanan ketersediaan bahan pokok selama empat bulan ke depan, termasuk menjelang bulan Ramadan 2019.
Rizal mengungkapkan bahwa pihaknya telah bertemu dengan sejumlah distributor untuk memastikan stok kebutuhan pokok aman mulai bulan puasa dan lebaran.
“Masyarakat tidak perlu khawatir, apalagi panik. Berbelanja sesuai kebutuhan,” katanya. Rizal mengimbau masyarakat bijak berbelanja. Aksi beli berlebihan dan permintaan tinggi akan menimbulkan inflasi dan menyebabkan harga-harga melonjak naik.
Seruan Bersama Bijak Belanja atau Konsumsi
Di akhir sesi, Pemerintah Kota Balikpapan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Kantor Perwakilan (KPwi) Bank Indonesia Balikpapan menerbitkan seruan bersama kepada masyarakat agar bijak belanja atau konsumsi selama bulan suci Ramadan dan Lebaran 1440 H/2019 M.
Seruan bersama ini ditandatangani Kepala Perwakilan BI Balikpapan Bimo Epyanto, Ketua MUI KH M Kasim Pallanju, serta Walikota Balikpapan Rizal Effendi di Balikpapan, tanggal 2 Mei 2019 atau 26 Sya’ban 1440 H.
Seruan bersama kepada masyarakat itu berisi sebagai berikut.
- Belanja/konsumsi barang-barang yang halal dan thayyib (baik) serta mempertimbangkan aspek keberkahan bagi kehidupan.
- Bijaksana dalam belanja/konsumsi dengan:
- Merencanakan belanja/konsumsi sebaik-baiknya dan;
- Tidak belanja/konsumsi berlebih-lebihan yang bukan menjadi kebutuhan utama namun berbelanja/konsumsilah berdasarkan kebutuhan, tidak berdasar keinginan.
- Tidak menumpuk/menimbun barang, baik untuk konsumsi atau dijual kembali.
- Konsumsi tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani (nafs dan ‘aql) tetapi juga kebutuhan rohani (ruh dan qalbu) serta menjaga keseimbangan.
- Menyisihkan sebagian harta untuk ber-fastabiqul khairat melalui Zakat, Infaq, dan Shodaqoh.
Terhadap seruan ini, Ketua LDII Balikpapan H Herry Fathamsyah mengatakan tentu saja setuju dan sangat mendukung. “Berlebihan atau israf tentu saja tidak baik. Karena LDII menanamkan pada warganya untuk menerapkan enam tabiat luhur, yakni rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, dan muzhidul mujhid,” pungkasnya.
Pada kesempatan ini, DPD LDII Balikpapan mengutus perwakilannya untuk hadir antara lain H Anzarudin, H Agus Wijayanto SH, dan H Lugianto. (SA/LINES)