JAKARTA – Implementasi Pancasila saat ini dirasa semakin menurun khususnya pada generasi muda. Mereka banyak mengandalkan gadget sebagai bagian dari modernisasi. Melalui gadget, mereka dianggap paling sering menelan mentah-mentah informasi dari luar tanpa disaring dengan pengetahuan dan pemahaman Pancasila dengan benar.
Proxy War atau Perang Proksi, adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Dengan perang proksi, pihak ketiga akan menyerang lawan tanpa menyebabkan perang secara penuh. Dengan begitu, kekuatan asing berhasil mengadu domba supaya bangsa ini terpecah belah sehingga rapuh untuk dijajah kembali dengan model baru.
Untuk itu, DPP LDII menggelar pelatihan dasar pembentukan karakter dan wawasan kebangsaan di Markas Grup 3 Kopassus Cijantung Jakarta selama 3 hari, mulai Selasa (5/1/2016) sampai dengan Kamis (7/1/2016).
Pelatihan ini diikuti peserta sekira 267 anggota Satuan Komunitas Sekawan Persada Nusantara (SAKO SPN) dari unsur guru pondok pesantren (ponpes), mahasiswa, sarjana, dan pembina pramuka ponpes, Sakoda, dan Sakocab. Mereka berasal dari provinsi DKI Jakarta, Yogyakarta, Lampung, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Kalimantan Utara.
“Kegiatan ini sebagai perwujudan untuk membangun nilai luhur Pancasila sebagai identitas bangsa yang berkarakter dan berwawasan, demi terwujudnya harmomi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Edwin Sumiroza Ketua Pelaksana Acara.
Peserta pelatihan dibagi menjadi sembilan peleton yang terdiri dari tujuh peleton putra dan dua peleton putri. Masing-masing peleton didampingi oleh dua orang pembina dan satu perwira pendamping pengasuh Kopassus.
Peserta mulai Selasa (5/1) akan diberikan materi yang berkaitan dengan pembentukan karakter dan wawasan kebangsaan. Materi indoor yang diberikan yaitu membangun karakter serta wawasan kebangsaan dalam ketahanan NKRI, dan perspektif Gerakan Pramuka.
Para peserta diajak memahami perang hibrid Proxy War sebagai bentuk perang modern, yang menuntut peran ganda dari setiap warga negara untuk memenangi proxy war, untuk menegakkan NKRI. Pasalnya bentuk ancaman bangsa Indonesia saat ini tak lagi berupa kekuatan negara lain, namun juga gerakan kelompok ISIS serta kelompok radikal lainnya di wilayah Indonesia.
Peserta juga akan memperoleh pembekalan mengenai Pancasila dan revitalisasi terhadap gerakan Pramuka di Indonesia. Selain itu mereka diperkenalkan juga musuh klasik para pemuda, berupa narkoba dan pencegahannya.
“Kakak-kakak juga akan memperoleh materi outdoor berupa krida moutaineering, krida navigasi darat, krida pioneering, krida survival, krida penanggulangan bencana alam, bongkar pasang senjata, lempar pisau, rayapan tali satu dan tali dua, permainan game stage 2 dan peluncuran dan naik tebing,” ujar Rio Sidauruk anggota Departemen Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan DPP LDII.
Usai pelatihan yang direncanakan berakhir pada Kamis (7/1), peserta yang lulus akan memperoleh sertifikat yang ditanda tangani oleh Danjen Kopassus Mayor Jenderal TNI Herindra dan Ketua PIN SAKO SPN H Ashar Budiman, SE. Selain itu, peserta juga akan memperoleh brevet dan tiska dari SAKO SPN. (*/LINES)