BALIKPAPAN – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Balikpapan menggelar rapat koordinasi bersama pimpinan ormas dan tokoh umat beragama, bertempat di Aula FKUB,┬áJalan DI Panjaitan Sumber Rejo Balikpapan, Senin (14/11).
Rapat dalam rangka menyikapi peristiwa teror bom Gereja Oikumene di Loa Janan Samarinda hari Minggu kemarin (13/11) ini, dipimpin oleh Ketua FKUB H Muis Abdullah, bersama Kepala Kantor Kemenag Drs Hakimin MM, Kapolres AKBP Jefri Dian Juniarta SH SIK, Kasdim 0905 Mayor Infantri Masrukhan, serta  Kepala Kesbangpol Drs Astani.
Terhadap peristiwa terorisme, Mayor Masrukhan memaparkan bahwa TNI berusaha mendeteksi untuk mencegah menangkal teror yang terjadi di masyarakat. “Kami mencegah Pak, Kalau ada unsur hukumnya kami koordinasi sama Pak Kapolres,” ujar Masrukhan.
“Pada saat di lapangan, Babinsa dan Babinkamtibmas selalu berdampingan. Siapapun yang menemukan informasi (aktivitas terorisme, hendaknya) sharing untuk bisa membantu atau menyelesaikan, atau mencegah jangan sampai itu terjadi,” ungkapnya.
Dari paparannya menangani konflik yang terjadi di Maluku beberapa waktu yang lalu, Masrukhan berharap kerjasama dengan masyarakat. “Kita bersinergi Pak, tadi seperti yang dikatakan Pak Kapolres, kita tingkatkan pamswakarsa dan siskamling,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Badan Kerjasama Gereja Balikpapan Pdt Dr Abriantinus, mengatakan selama ini kerukunan umat beragama tidak ada masalah. “Saya punya adik ipar juga muslim, ada beberapa keluarga, saudara kita juga muslim. Kami tidak pernah ada permasalahan kalau itu bicara masalah agama, itu urusan masing-masing,” ujarnya.
Namun menurutnya, selain dari aparat keamanan, yang paling berperan dalam menjaga kerukunan umat adalah para tokoh-tokoh agama. “Kita ini harus bisa menetralisir semua keadaan,” harapnya. Ia juga berharap para tokoh agama saling bersilaturahim untuk meningkatkan kerukunan antar umat beragama.
Di sisi lain, terkait teror bom di salah satu gereja di Samarinda tersebut, Ketua MUI Balikpapan KH Anas Mochtar berharap masyarakat cukup bertanya siapa yang melakukannya. “Jangan sampai (ada pertanyaan) darimana (dia), golongan apa, apa agamanya, (tapi) satu saja pertanyaan siapa yang melakukan itu,” pintanya.
Berdasarkan foto yang diterimanya, Kyai Anas menyayangkan pelaku mengenakan baju yang bertuliskan jihad. Ia pun meluruskan pandangan keliru tentang kata jihad yang selama ini beredar di masyarakat. “Jihad itu artinya bersungguh-sungguh,” tuturnya.
“Percayalah bahwa Islam itu benar-benar rahmatan lil alamin,” terangnya. Ia pun menjelaskan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam ketika pindah ke Madinah dari Mekkah, yang dilakukannya adalah negosiasi dengan seluruh pemuka agama, seluruh komponen masyarakat. “Kemudian mengadakan perjanjian-perjanjian, marilah hidup berdampingan. Itu saja,” tuturnya.
“Mengapa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam kemudian mengadakan perang, perang, perang, itu karena dari negosiasi itu tidak ditepati perjanjian-perjanjian yang harus dipenuhi, maka akhirnya terjadi gesekan-gesekan,” jelasnya. “Tidak ada yang namanya perang untuk membesarkan agama. Itu tidak ada,” tegasnya.
Menurutnya, dengan menyitir Alquran tentang jihad fisabilillah, Kyai Anas menjelaskan yang dimaksud jihad untuk saat ini bukan perang, tetapi bersungguh-sungguh untuk membela agama, menegakkan agama, mengembangkan agama.
“Jadi (jihad itu) yang jadi guru ya betul-betul jadi guru, menjadi contoh (yang bisa ditiru), ibadahnya yang baik, akhlaknya yang baik. Itu maksudnya,” paparnya. “Bi amwalikum wa anfusikum, dengan hartanya, dengan dirinya. Itu maksudnya,” tambahnya.
Kyai Anas pun berharap kepada tokoh-tokoh agama lain, terutama kepada para pengajar baik muslim maupun non muslim, agar tidak ada anggapan bahwa Islam itu memusuhi penganut agama lain.
Dialog yang juga diikuti perwakilan MUI, Persatuan Gereja, NU, Muhammadiyah, LDII yang diwakili H Anzarudin, dan tokoh agama serta ormas lainnya ini diawali pukul 13.00 WITA dan berakhir pukul 15.30 WITA.
Di akhir dialog dibacakan pernyataan sikap oleh Ketua FKUB, H Muis Abdullah. Isi pernyataan sikap itu antara lain umat beragama berkomitmen menjaga keutuhan dan persatuan dan tidak terprovokasi dengan informasi menyesatkan umat. Umat beragama selalu menyerukan kedamaian dan kesejukan dalam pelaksanaan dakwah, dan selalu berkoordinasi dengan instansi terkait apabila terjadi masalah. (SA/LINES)