JAKARTA – Sejak 2009 LDII telah melakukan gerakan penghijauan di seluruh nusantara dengan nama Go Green. Gerakan ini dilakukan di setiap kabupaten. Gerakan ini setidaknya telah melakukan 5,9 juta pohon di seluruh Indonesia, yang bertujuan untuk meminimalisasi pemanasan global.
Meski janji pengurangan emisi gas rumah kaca dari negara maju dipenuhi, suhu bumi akan meningkat lebih dari 4 derajat celsius. Tahun 2009, di Kopenhagen, Denmark, dalam Konferensi Perubahan Iklim, disepakati menahan peningkatan suhu 2 derajat Celsius.
Hal itu dikemukakan Wakil Presiden Bank Dunia dan Kepala Jaringan Pembangunan Berkelanjutan Rachel Kyte dalam perbincangan dengan wartawan di Jakarta, Senin (18/3/2013). Kyte didampingi Spesialis Manajemen Sumber Daya Alam Timothy H Brown serta Direktur Pembangunan Berkelanjutan Wilayah Asia Timur dan Pasifik John Rome.
Menurut Kyte, ÔÇØSekarang kita sudah melampau batas kesepakatan.ÔÇØ Negara-negara miskin semakin kesulitan mengurangi kemiskinan karena dampak perubahan iklim. ÔÇØBeberapa negara bahkan mengalami kemunduran beberapa dekade ke belakang, dan jatuh miskin,ÔÇØ katanya. Hal ini disebabkan semakin tingginya intensitas, frekuensi, serta kualitas dari berbagai bencana terkait iklim. Menurut Kyte, dalam 30 tahun terakhir, kerugian akibat bencana iklim sudah tiga kali lipat.
Fenomena global inilah yang menjadi fokus perhatian LDII, pada acara Focus Group Discussion (FGD) mengenai Lingkungan Hidup. Acara ini menjadi masukan bagi LDII untuk menyempurnakan gerakan Go Green sekaligus ÔÇ£pemanasanÔÇØ menjelang Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) LDII di pertengahan Mei 2014, ÔÇ£Hasil dari FGD nantinya, menjadi masukan bagi para calon presiden mendatang, agar lebih memperhatikan kelestarian lingkungan,ÔÇØ ujar Ketua DPP LDII DR Shibar Wiganda, Msc.
Acara tersebut menghadirkan para aktivis dan pemerhati lingkungan dari LDII, dan menghadirkan Asisten Deputi Bidang Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Emma Rahmawati dan Dirjen Planologi Bambang Soepijanto. Menurut Emma menjaga ingkungan harus dimulai dari kehidupan sehari-hari dari mulai yang sederhana. ÔÇ£Misalnya memilah sampah, antara sampah yang basah dan yang kering, sehingga ada daur ulang dan manfaat dari sampah berupa pupuk organic,ÔÇØ ujar Emma.
Namun Emma juga mengingatkan, bila kesadaran lingkungan pada keluarga tinggi, namun tak didukung oleh sekitar dan tokoh masyarakat akan menjadi sia-sia, ÔÇ£Bila keluarga telah sadar lingkungan, namun ketua RT atau RW tak tanggap menyediakan tenaga kebersihan semisal pengangkut sampah, tong sampah, dll. Semua menjadi percuma,ÔÇØ tegas Emma.
Pengelolaan sampah yang baik, akan mengurangi pemanasan global. Karena pembusukan dari makanan akan menghasilkan gas metana yang terbukti mampu mengikis ozon dengan cepat. Untuk itulah polusi udara akibat gas metana, karbon dioksida, dll harus direduksi dengan pepohonan.
ÔÇ£Saat ini luas hutan di Indonesia mencapai 70 persen dari luas daratan,ÔÇØ ujar Bambang Soepijanto. Menurut Bambang, total luas hutan di Indonesia melebihi batas minimum yang diterapkan pemerintah, yakni 30 persen ruang hijau atau hutan. Namun demikian Bambang juga tak memungkiri penebangan liar terus mengancam hutan Indonesia.
Untuk itu, menurutnya, memerlukan kesadaran masyarakat agar tak terus menebangi hutan atau membakar lahan, ÔÇ£Efek berkurangnya pepohonan adalah pemanasan global. Suhu udara naik, yang memicu badai atau anomaly cuaca,ÔÇØ ujarnya.
Bambang menyambut baik gerakan Go Green yang dilakukan LDII. Sebagai dakwah dengan perbuatan ÔÇô memberi contoh yang baik ÔÇô sekaligus memetik manfaat dengan memperbaiki iklim bumi. (LC/LINES)