JAKARTA – Komunitas Titik Temu menggelar Artpreneur 2015. Pameran seni ini merupakan ajang unjuk kreativitas para generasi muda LDII. Mereka ingin membuktikan dengan seni, mereka bisa mewujudkan kemandirian.
Acara yang dihelat di aula Wisma Besar DPP LDII ini menampilkan karya komunitas seniman muda warga LDII, yang tergabung dalam komunitas Titik Temu. Komunitas ini memiliki anggota di berbagai provinsi, yang umumnya seniman atau penyuka seni. Mereka memiliki komitmen yang kuat, dalam hal kemandirian. Beberapa karya mereka telah diterbitkan dalam rupa buku, maupun dipasarkan secara komersial.
“Ternyata jika para generasi muda ini diberikan tempat dan panggung mereka bisa menunjukkan kreativitas yang luar biasa,” ujar Edwin Sumiroza ketua DPP bidang Pemuda Kepemudaan Olahraga dan Seni Budaya (PKOSB) saat membuka acara pameran seni berjudul Artpreneur. Menurut Edwin tanpa disadari, para generasi muda LDII mempunyai banyak talenta, ide, serta pemikiran yang luar biasa. Dan kini LDII mencoba mewujudkan ide para generasi muda tersebut menjadi karya nyata, dengan mendukung terselenggaranya acara selama dua hari.
Pameran ini menampilkan berbagai karya seni dari para seniman muda LDII dengan tema bebas. Jumlah yang ditampilkan sebanyak 49 karya seni dari 25 seniman dari seluruh Indonesia. Meski bertema bebas, penampilan karya tetap melalui penyeleksian yang cukup ketat. “Penyeleksian dilakukan sangat ketat sebab, karya yang dipilih hanya karya yang benar-benar layak dan paling baik,” ucap ketua panitia Deni Nurwahyudi.
Karya yang ditampilkan dalam pameran ini berupa seni lukis dari cat minyak, air, dan sketsa (gambar tangan), karya instalasi fashion dan kayu. Acara ini juga sebagai ajang berkumpulnya para seniman LDII di Indonesia, terutama dari Jabodetabek, Artpreneur menjadi semacam titik pertemuan mereka untuk membicarakan seni, namun tetap menjadi seorang muslim yang taat.
Selain pameran, dalam acara ini juga diisi dengan workshop pembuatan gelang scarf oleh para anggota Titik Temu serta talkshow dari para seniman LDII. Narasumber yang dihadirkan antara lain desainer baju muslim Jenahara, pembuat sepatu lukis Andina Irvani, pembuat ilustrasi story board Harry Soesanto, pelukis handal Ujang Suryana, dan ilustrator muda berbakat Muhammad Taufik .
Saat itu, Muhammad Taufik atau yang akrab dipanggil Emte menuturkan, “Dalam berkarya jangan takut gagal pada bidang yang telah digeluti karena berkarya adalah proses belajar. Nikmati proses tersebut agar semua terasa ringan.” Emte juga memberikan tips agar ibadah tetap berjalan meski sedang sibuk dengan hobi, “Yang penting tahu skala prioritas. Ibadah itu di atas segalanya, dunia memang nomor dua tapi bukan berarti karena nomor dua kita jadi asal-asalan dalam mengerjakannya. Disiplin membagi waktu itu bisa kita pelajari dari beribadah tepat waktu,” ujarnya.
LDII juga berharap, dengan terselenggaranya pameran ini dapat menjadi inpirasi bagi para generasi muda, untuk bisa mewujudkan generasi mandiri yang berkarya untuk diri sendiri dan lingkungannya. Edwin juga menambahkan, pameran ini sebagai langkah kongkrit LDII dalam membina generasi muda, agar benar-benar bisa menjadi pemegang tongkat estafet perjuangan mendatang. Dan memberikan energi positif dalam mencari jati diri, sekaligus mandiri dalam hal ekonomi (Latifah Estrada Prakoso/Lines)