Kerahaman tuan rumah disemua tempat yang disinggahi – termasuk di Kuala Lumpur ini – hampir saja membuat peserta lupa dengan rasanya lapar. Betapa hidangan dan suguhan begitu rapat satu sama lain, belum saja hidangan terakhir berganti rasa lapar, sudah datang lagi suguhan berikutnya. Bukan melulu urusan makanan yang menjadi perhatian, tapi kehangatan yang dipertontonkan selalu saja terasa haru didalam kalbu. Kalaupun tak sempat kebaikan ini terbalas, semoga Alloh yang menggantinya dikehidupan akhirat yang kekal kelak.
Ustadz Ngadi Abdullah, Ustadz Sofyan Sory bin Subar, Noor Rashid bin Ramly bersama beberapa pengurus Pertubuhan Muslim Selangor menemani santap pagi rombongan, menikmati keceriaan warung tenda disalah satu sudut Kuala Lumpur, ibukota Negeri Jiran ini. Logat melayu kedua ustadz yang berasal dari tanah air tersebut sangat kental. Kalau saja tak mengaku, rombongan pastilah mengira beliau beliau asli Malaysia. Cerita beliau berdua menjadi teman mengasyikan bersama seporsi nasi lemak dan teh tarik pagi itu. Banyak menginsipirasi rombongan yang umumnya separuh usia beliau berdua.
Selesai sarapan rombongan diajak singgah di Batu Caves, sebuah desa sekitar 13 kilometer utara Kuala Lumpur. Di desa ini terdapat kuil Hindu yang popular walau keberadaannya diluar India. Kuil ini menjadi titik perayaan festival Thaipusam bagi pemeluk Hindu di Malaysia. Menurut penjelasan, tempat ini didedikasikan untuk Dewa dalam Hindu, Murugan.  Kunjungan ini menjadi bukti bahwa Malaysia juga punya toleransi yang baik dalam kehidupan beragama, walau hanya 6,3% saja pemeluk Hindu (sumber : Muzakarah Dakwah Nasional 201012) tetap saja pemerintah Malaysia mengapresiasi dan memberikan ruang yang luas untuk warga melakukan ibadah sesuai keyakinannya.
Selama kurang lebih 30 menit kunjungan di Kuil tersebut, rombongan melihat bagaimana khusu’ dan seriusnya umat Hindu dalam beribadah, membawa serta keluarga, anak dan istri. Beribadah melalui agama yang mereka yakini dan imani. Pemandangan ini menghadirkan sebersit rasa malu, malu akan diri sendiri. Seharusnya tidak ada alasan lagi untuk tidak lebih khusu’ dan lebih serius mengimani Islam sebagai agama, khusu’ dan serius beribadah dengan apa yang di-imani. Berusaha sekuat tenaga, melakukan usaha terbaik untuk membawa apa yang diyakini sampai mati.
Selesai photo bersama, rombongan bergegas menuju Selangor, tempat rencananya rombongan akan bertemu dengan pemuda-pemuda dari Pertubuhan Islam Selangor, termasuk acara yang kami nanti-nanti pertandingan persahabatan sepakbola. Hanya saja, karena hari ini adalah hari terakhir di Malaysia, rombongan sempatkan mampir di Central Market, pusat oleh-oleh di Kuala Lumpur yang sudah ada sejak tahun 1888, menghabiskan ringgit tersisa membeli sesuatu untuk orang-orang tercinta di tanah air.
Perjalanan darat 2 jam ke Selangor membuat kedatangan rombongan di Selangor sedikit terlambat. Beberapa pengurus dan pemuda sudah tampak menunggu saat rombongan tiba. Aula pertemuan berada ditengah-tengah perkebunan sawit, selama perjalananpun masih banyak rumah-rumah kayu berpanggung, mengingatkan kehidupan sehari-hari Upin dan Ipin, serial anak-anak yang sempat gandrung di tanah air.
Setelah makan siang, acara berlanjut dengan perkenalan kedua pihak. Perkenalan berlangsung hangat dan menarik, diselingi jokes ringan menambah hangatnya acara sore itu. Diujung acara, kedua pihak mempresentasikan kegiatan masing-masing, baik yang sifatnya rutin dan sederhana hingga yang unggulan. Keduanya saling mendengarkan, menyimak dan tentu menikmati. Saling bertanya dan saling menjawab. Berharap banyak hal penting dan baik bisa diambil, ditiru dan dilaksanakan ditempat masing-masing.
Fokusnya sama, kegiatan pembinaan pemuda, generasi penerus yang akan menjalankan tugas-tugas penting saatnya nanti. Tugas meneruskan dan melestarikan keberadaan Al-quran dan Hadist, untuk diri mereka sendiri, keluarga, anak dan cucu, juga untuk generasi berikutnya. Keberhasilan mereka nanti pastilah banyak dipengaruhi oleh pembinaannya sejak dini.
Peserta juga disuguhi es kelapa muda, yang pohonnya masih banyak terlihat disekeliling aula. Suguhan itu menjadi pengantar istirahat, untuk bersiap ke acara malam hari yang pasti ditunggu-tunggu : pertandingan persahabatan sepakbola. (MGu)
Bersambung…