Catatan Perjalanan (2)
Untuk sebagian besar peserta, ini adalah kali pertama melakukan perjalanan ke luar negeri. Walau hanya ke negara tetangga, tetap saja perjalanan ini tetap layak dinikmati dan wajib di syukuri.
Cuaca disepanjang perjalanan Alhamduillah sangat bersahabat, begitu terasa hangatnya paparan sinar matahari yang memaksa masuk dari balik jendela walau pesawat telah meninggi lebih dari 21.000 kaki diatas permukaan laut.
Pada ketinggian seperti ini, birunya lautan dan luasnya langit mendominasi pemandangan diluar. Semua tampak kecil, bumi dan lautan bak hamparan yang ujungnya seolah bersatu dengan langit. Pemandangan ini juga menyadarkan betapa kecilnya manusia, pesawat dan seisinya hanya titik yang nyaris tak terlihat dibanding dengan besarnya langit yang Alloh ciptakan. Maha kuasa Alloh membentangkan langit tanpa tiang penyangga dan menciptakan lautan yang tak terkira indahnya. Kalau saja ciptaan-Nya yang demikian sempurna masih gagal untuk menyadarkan dan meluluhkan hati kita untuk beriman kepada-Nya, meng-esakan cuma Alloh sebagai sesembahan, menjadikan hanya Alloh tempat bergantung dan meminta, tentulah kita tergolong orang-orang yang merugi.
Beberapa peserta memanfaatkan waktu perjalanan ini untuk melantukan doa-doa terbaiknya, khusuk sekali, sebagian sempat berlinang air mata. Dinginnya kabin pesawat selalu membawa suasana syahdu untuk yang gemar berdoa.  Sebagain lagi tertidur, melepas lelah akibat kurang tidur menyelesaikan persiapan akhir perjalanan hingga tengah malam.
Sekitar pukul 14.45 waktu Kuala Lumpur, Pilot berhasil melakukan pendaratan yang mulus di KLCC Airport.
Peserta bergegas melewati pengecekan imigrasi Malaysia dan mengumpulkan bagasi. Rencana berikutnya adalah melanjutkan penerbangan ke Singapura pukul 22.05. Ada 7 jam jeda yang akan kami manfaatkan untuk melakukan perjalanan singkat ke Putra Jaya, Selangor Malaysia.
Putrajaya.
Disambut langsung oleh warga LDII yang berdomisili di Kuala Lumpur, rombongan langsung diantar menuju Putrajaya.
Putrajaya adalah pusat administrasi Malaysia yang baru yang menggantikan posisi Kuala Lumpur. Didirikan pada 19 Oktober 1995, diambil dari nama Perdana Menteri Malaysia yang pertama : Tunku Abdul Rahman Putra. Putrajaya juga menjadi wilayah persekutuan Malaysia yang ketiga, 2 wilayah lainnya adalah Kuala Lumpur dan Labuan.
Seperti peruntukkannya, Putrajaya dilengkapi bangunan pemerintahan yang juga menjadi objek wisata diantaranya : dataran kemerdekaan Putrajaya, Heritage Square, Jembatan Putra, Jembatan Seri Perdana, istana Kebangsaan Melawati, masjid Putra dan banyak lagi bangunan yang mempercantik area seluas 46 KM2 di Selangor itu.
Putrajaya juga dibuat untuk mengurangi beban Kuala Lumpur yang sudah cukup padat, kemacetan pada jam sibuk belakangan memang akrab dengan jalan-jalan di Kuala Lumpur. Pasti akan lebih buruk kalau Putrajaya belum dibuat. Dengan komitmen dan dedikasi tinggi, negara ini mampu melakukannya. Kalau saja ide ini dipakai di negara kita, mungkin bisa banyak membantu mengurai kusutnya transportasi, khususnya di ibukota, Jakarta.
Kami cukup senang berkesempatan menunaikan sholat dzuhur dan ashar di masjid Putra yang megah tersebut. Design modern menjadi daya tarik tersendiri masjid ini, terbukti turis non-muslim pun menikmati indahnya masjid ini.
Makan siang di food court Putrajaya juga bagian yang tak terlupakan dari perjalanan siang ini.
Pukul 21.00 rombongan sudah berada diruang tunggu KLCC Airport, menunggu panggilan penerbangan bernomor AK 1823 dengan maskapai yang sama. Delay 1 jam tidak menyurutkan kegembiraan kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, Singapore. (MGu)
bersambung..