Catatan Perjalanan Bhakesra II 2013
Dalam 2013 Bhakti Kesar Nusantara (Bhakesra) dihelat dua kali. LDII berpartisipasi aktif dalam perhelatan itu. Pemerintah bersama ormas membawa bantuan hingga ke pulau-pulau terluar Indonesia. Pemerintah ingin hadir di perbatasan sekaligus menumbuhkan cinta tanah air kepada para peserta. Reporter LDII News Network Reza meliput perjalanan Bhakesra ke Timur Indonesia.
Seorang kawan dari Singapura pernah iseng bertanya kepada saya, ÔÇ£Seberapa luas Indonesia?ÔÇØ Aku hanya bilang, Indonesia terdiri dari tiga bagian waktu, ÔÇ£Wow!ÔÇØ teman saya itu terperanjat. Saya cukup maklum dengan kolegaku satu ini. Meskipun tinggal di Singapura, dia paling jauh ke Batam ataupun Riau. Belum pernah menelisik Indonesia hingga ke pelosok Timur.
Indonesia dengan pulau sebanyak 13.487 pulau yang membentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia mencapai 1.922.570 km┬▓ dan luas perairannya 3.257.483 km┬▓. Luas wilayah ini membuat pemerataan pembangunan bukanlah teori yang mudah dilaksanakan. Kemiskinan dan kekurangan di berbagai bidang ditambah masih kurangnya perhatian kepada pulau-pulau terpencil dan terluar, bisa menjadi faktor yang mempengaruhi rentannya rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal inilah yang melatari Bhakesra; agar masyarakat di pulau terdepan yang berbatasan dengan negeri tetangga merasa diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah bisa hadir di tengah-tengah mereka, bukan sebatas di layar kaca televisi. Nah, untuk menjangkau itu semua, transportasi yang dibutuhkan paling efektif dan efisien adalah kapal laut. Lantaran itulah Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bekerja sama dengan TNI AL, bekerjasama membantu dan memberdayakan masyarakat di pulau-pulau terluar dan terpencil serta menjaga keutuhan. Sebagaimana Bhakesra sebelumnya, Bhakesra kali ini juga menggunakan KRI Banda Aceh 593.
Bhakesra digunakan untuk mempererat persatuan dan kesatuan, antar berebagai elemen bangsa. Untuk mengurangi beban masyarakat sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pulau-pulau terluar. Bahkan Bhakesra wilayah Timur dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan Sail Komodo 2013.
LDII kembali meneruskan baktinya setelah dalam Ekspedisi Bhakesra Nusantara 2013 tahap I menyampaikan bantuan, untuk tahap II ke 6 pulau di wilayah timur LDII membawa bantuan senilai Rp 450 juta. Bantuan LDII terdiri dari Alquran, mukena, pakaian, buku bacaan, buku tulis, alat-alat tulis, dan peralatan sekolah.
Berangkat tanggal 29 Agustus 2013 melalui Makolinlamil TNI AL, Jakarta, setelah sehari sebelumnya dilepas oleh Menkokesra Agung Laksono, adalah pelayaran terjauh pertamaku. Menurut rutenya, Kapal KRI Banda Aceh akan memotong laut Jawa, kemudian masuk Selat Selayar, menuju Kabupaten Selayar tepatnya Pulau Kayuadi. Kapal tangguh ini tenang memecah gelombang Laut Jawa yang lumayan tenang di musim panas ini. Sebab, Laut Jawa di musim hujan bukanlah laut yang tenang. Perjalanan dari Jakarta ke Pulau Kayuadi menghabiskan waktu empat hari melintasi utara Jawa dan Bali.
Indahnya Kebersamaan di Pulau Rote
Kami tiba di Kayuadi ketika langit gelap. Justru dalam kegelapan, jiwa sosial peserta dipompa hingga ubun-ubun. Kami harus menurunkan berbagai sumbangan dengan sekoci. Pasalnya air sedang surut. Lagipula dermaga Kayuadi dipastikan tak bakal muat dengan lambung kapal KRI Banda Aceh yang tambun. KRI Banda Aceh 593 dapat didarati 3 helikopter dan muat 29 tank tidak bisa bersandar di pulau itu. Maka bantuan diturunkan dengan sekoci dan kapal nelayan. Keesokan harinya baru seluruh peserta turun ke daratan untuk menyampaikan langsung bantuan kepada masyarakat Pulau Kayuadi.
Kondisi Pulau Kayuadi meskipun tak berada di garis perbatasan cukup memprihatinkan, masih banyak masyarakat yang kekurangan air bersih, bahkan hikmah agama. Menurut Adityo Handoko, Ketua Departemen Pemuda, Kepanduan, Olahraga, dan Seni Budaya DPP LDII yang menjadi peserta Bhakesra, di Kayuadi terdapat pondok pesantren dengan santri berjumlah hanya empat orang. Dengan demikian masih dibutuhkan ulama untuk berdakwah kepada masyarakat setempat.
LDII menyampaikan bantuan langsung kepada dua masjid yang ada di Pulau Kayuadi. Ulama LDII yang mengikuti Bhakesar menyampaikan tausyiah mengenai tri kerukunan umat beragama sebagai landasan hidup untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hanya sehari semalam di Pulau Kayuadi. Kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Alor di bawah naungan langit hitam berhias bintang.
Kami tiba di Pulau Alor, saat matahari menguning di horizon Timur. KRI Banda Aceh 593 pelan dan gagah memasuki Teluk Kalabahi. Begitu izin merapat dermaga diberikan, kami menurunkan bantuan di dermaga, yang langsung diterima pemerintah setempat. Yang menyenangkan adalah seluruh peserta disambut tarian Alor dan pejabat setempat.
Saat mengunjungi Masjid Sirotol Mustaqim, LDII menyampaikan tausyiah kepada 50 warga LDII di Alor. Tidak lupa mengingatkan kepada warga LDII mengenai bagaimana kerukunan umat beragama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Simeon Th Pally Bupati Alor menerima tamu Bhakesra saat jamuan makan malam. Selanjutnya para peserta Bhakesra digiring menuju panggung di samping dermaga Kalabahi, selanjutnya dilakukan acara serah terima secara simbolis untuk seluruh warga Alor.
Tak puas menikmati Alor, kami kembali berlayar keesokan harinya menuju Kupang untuk istirahat dan mengisi ulang perbekalan KRI Banda Aceh 593. Dari Kupang, Bhakesra melanjutkan perjalanan ke pulau paling selatan Indonesia, yang berbatasan langsung dengan Australia; Pulau Rote. Seperti di pulau-pulau lain LDII blusukan mencari masjid untuk berbagi dan mengajak menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui pengamalan tri kerukunan umat beragama.
Rote memilki keindahan kerukunan umat beragama. Di sini berdiri bersebelahan antara Masjid dan Gereja. Mayoritas penduduk Rote beragama Kristen, namun memiliki toleransi yang besar dengan agama lain. Rote bisa menjadi contoh bagaimana indahnya kehidupan beragama yang majemuk.
Sayanganya kunjungan singkat di Rote berakhir. Kami melanjutkan pelayaran ke Pulau Sabu sampai di malam hari. Pagi harinya kami menggunakan sekoci untuk bersandar di dermaga Sabu. Menurunkan bantuan adalah prioritas utama Bhakesra. Dilema menghinggapi peserta. Kesenjangan bahan pokok terasa di Sabu. Kabupaten Saburajua memiliki harga BBM Rp 50 ribu seliternya. Lantaran mahalnya biaya transportasi, para peserta mengurungkan niatnya mengelilingi Saburaja.
Menghibur masyarakat akhirnya harus dilakukan di siang hari. Saat ini Sabu sedang menggencarkan produksi rumput lautnya untuk menuju industri rumput laut. Tak berlama-lama di Sabu, tujuan berikutnya adalah Pulau Sumba, tepatnya Waingapu, Sumba Timur.
Tiba Pulau Sumba para peserta memiliki lebih banyak waktu menikmati daratan. Hari pertama di Sumba Tim Bhakesra melakukan eksplorasi awal, semacam observasi sebelum blusukan esoknya. Di Waingapu ada satu SPBU, yang memungkinkan harga tak melambung tinggi. Ketersediaan BBM ini memungkinkan peserta menyambangi Sumba Timur.
Kondisi curah hujan khususnya di wilayah utara Sumba cukup sedikit. Hujan hanya mampir empat bulan saja, sisanya tanah kering kerontang, dan tak setetes air pun jatuh dari langit. Peternakan menjadi tumpuan utama juga pengoahan rumput laut. Ekspor kuda Sanda Luhut dan sapi ke Jawa mencapai 10.000 ekor per tahun. Demikian penjelasan Juspan Passande Sekda Waingapu di atas KRI Banda Aceh 593.
Dia juga menjelaskan dengan luas 7.000 km2 penduduknya hanya berjumlah 231.000 jiwa atau sekitar 30 jiwa per km2. Mirisnya 30 persen dari total penduduk masih hidup di bawah garis kemiskinan. APBD yang tersedia untuk Waingapu hanya Rp 9 miliar per tahun.
Di Sumba Timur, ada majelis taklim binaan LDII, jumlahnya sekitar 7 KK, sekitar 15 orang. Lokasinya dekat Pasar Waingapu di Jalan Palapa. Tausyiah juga diberikan kepada mereka, menguatkan kerukunan umat beragama, sebagai pondasi hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hari selanjutnya, Bhakesra menjalankan misinya, dengan didampingiMenkokesra Agung Laksono, misi kemanusiaan dijalankan, pasar murah, layanan penukaran uang, pemberian bantuan dan sebagainya.
Selanjutnya Agung Laksono bergabung dengan tim Ekspedisi Bhakesra Nusantara. KRI Banda Aceh 593 berangkat menuju pulau terakhir misi Bhakesra 2013, Pulau Komodo. Di malam harinya, KRI Banda Aceh 593 sampai di perairan Pulau Komodo, di kelilingi gugusan pulau, keindahan taman nasional Komodo terlihat, rupanya dermaga baru menyambut kami, sebelum dermaga itu diresmikan oleh Presiden esoknya.
Agung Laksono turun langsung dan menyaksikan kerja keras peserta menurunkan bantuan dari kapal. Setelah itu para peserta juga dapat masuk untuk melihat komodo didampingi paspampres yang sedang bersiap menyambut kedatangan Presiden. Penduduk yang tinggal di Pulau Komodo, umumnya tinggal di balik gunung Taman Nasional Komodo. Mereka memiliki mata pencarian sebagai tour guide, lainnya bercocok tanam, dan nelayan.
Berakhir dari Komodo, Tim Bhakesra melanjutkan ke Labuhan Bajo untuk mengikuti acara puncak Sail Komodo 2013, sekaligus menyelesaikan seluruh misi Ekspedisi Bhakesra Nusantara 2013. Kembali berlayar menuju Jakarta, KRI Banda Aceh 593 akhirnya menyentuh Jakarta 17 September 2013. Di perjalanan aku mengagumi keindahan Indonesia, sekaligus berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan masyarakat pulau terluar. Agar persoalan BBM yang mahal dan minimnya infrastruktur bisa diatasi. Setidaknya, pelayaran ini menjadi pelajaran bagiku dan peserta lainnya, untuk merasakan beban berat sosial dan ekonomi, yang begitu nyata di Timur Indonesia. (Mochamad Reza Anugerah/Dody)