BILA bertandang ke Ngawi, cobalah mampir ke Perkebunan Teh Jamus. Dari sinilah cita rasa salah satu teh terbaik di Indonesia berasal. Selain itu, Anda bisa menikmati keindahan alam untuk sekadar melepas penat perjalanan.
Matahari pagi lamban muncul di horison Timur bumi. Tapi para pemetik teh telah bergegas. Mereka umumnya wanita, mengenakan topic aping, memakai sepatu karet dan menggendong keranjang besar di punggung. Mereka bergegas berlomba dengan hangat sinar matahari.
Tangan mereka terampil memilih pucuk-pucuk daun teh, yang kemudian dikeringkan menjadi komoditi yang paling laku di negeri ini. Kalau Anda sekarang sedang menyeruput segelas teh cap Korma yang legit, daun tehnya berasal salah satunya dari Jamus.
Dalam peta nasional, tak banyak wisatawan mengenal Kabupaten Ngawi, apalagi nama Desa Girikerto, Kecamatan Sine. Tapi lain ceritanya bila berbicara mengenai peta teh global. Jamus merupakan salah satu teh terbaik sejak dulu, bahkan sejak era colonial. Kini Perkebunan Teh Jamus dikelola oleh PT Candi Loka, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan perkebunan teh dan produksi air mineral.
Sejauh mata memandang, teh memenuhi punggung perbukitan, membuat mata sejuk. Keindahan alam inilah yang dimanfaatkan Pemkab Ngawi untuk menarik wisatawan. Sejak 1993 berbagai fasilitas pariwisata mulai bermunculan, dari hotel sampai rumah makan yang tentu saja melibatkan masyarakat sekitar. Hasilnya lumayan. Di tingkat nasional, Jamus meraih nominasi Kalpataru tahun 2004 kategori Pembina Lingkungan Hidup pada peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2004.
Saya penasaran dengan Perkebunan Teh Jamus, maka saat pulang kampung halaman, saya menyempatkan diri mampir ke Jamus. Rupanya tak hanya kebun teh yang saya dapat. Perkebunan ini menawarkan panorama lain semisal Air Terjun Grojogan Songo Tuk Pakel, Makam tua pendiri Kebun Teh Jamus Van Der Rappart asal Belanda, Borobudor Hill yang berupa bukit setinggi 35,4 meter.
Untuk berwisata kebun teh, PT Candi Loka menyediakan pemandu yang memberikan penjelasan secara proses pengolahan teh di perkebunan, yang setiap bulan menproduksi 40 sampai 50 ton bahan baku teh hijau dan hitam. Teh itu lalu disalurkan untuk pabrik teh kemasan dalam negeri hingga daratan Eropa.
Pengelola rupanya tak ingin membuat perkebunan teh ini mengalami nasib seperti Puncak, yang diserbu villa dan hotel. Sebab, mereka menjaga segala yang alami dan ‘kuno’, tak ada resort atau hotel di kawasan ini. Tapi, Pemkab dan pengelola berupaya memberdayakan masyarakat sekitar, dengan menyiapkan ‘home stay‘. Wisatawan cukup menginap di rumah-rumah penduduk yang sudah di tata pengelolaan Pemkab Ngawi.
Soal akses, terbilang mudah. Dari Kota Ngawi menuju Perkebunan Teh Jamus sejauh 45 km, kendaraan tak perlu melompat-lompat bertemu jalan rusak, lantaran semua jalanan telah beraspal mulus.
Bukit Borobudur
Kalau Anda ke Jamus, saya sarankan mampir ke Borobudur Hill. Namanya memang mengambil nama salah satu candi sohor di Jawa Tengah itu, karena bentuk bukit ini benar-benar mirip Borobudur. Bukit setinggi 35,4 meter itu memiliki luas 3,54 ha, dan ditumbuhi 35.400-an pohon teh, dilihat dari kejauhan rimbunan pohon teh berundak tersebut, memang mirip dengan Candi Borobudur.
Di puncak Bukit Borobudur tersisa beberapa pohon teh tua yang sengaja tidak dipangkas, yang tingginya rata-rata dua meter. Inilah pohon teh yang berusia lebih dari 100 tahun, merupakan pohon teh generasi pertama yang ditanam Van Der Rappart. Pemandangan hamparan kebun teh dan para buruh wanita paruh baya penduduk Desa Girikerto memetik teh pagi hingga siang hari, matahari terbit maupun tenggelam, tampak menawan dilihat dari puncak Bukit Borobudur.
Untuk mencapai Bukit Borobudur, pengunjung harus berlelah ria menapaki 117 anak tangga terbuat dari tumpukan batu kali, yang tersusun cukup rapi. Setiap pengunjung yang masuk kawasan ini dikutip tiket Rp 2 ribu. Anda bisa menikmati fasilitas kolam renang yang diperuntukan bagi anak-anak, yang airnya bersumber dari mata air alami Sumber Lanang (pria). Airnya cukup dingin dengan suhu berkisar 15-22 derajat celcius.
Air dari Sumber Lanang pernah diteliti di laboratorium, hasilnya air mengandung mineral tinggi sehingga bisa menyehatkan tubuh. Debit air Sumber Lanang 90 liter per detik. Berdasarkan potensi itulah, pihak perkebunan selain mengelola kebuh teh juga memanfaatkan sumber daya air untuk pembangkit listrik, mikrohidro yang menghasilkan listrik 90 ribu watt.
Selain itu, sumber air ini manfaatnya dirasakan oleh warga yang membutuhkan air bersih, dimana air diatur pengalirannya melalui pipa menunju Stasiun Pengisian. Setiap hari 150 tangki, setiap tangki 8.000 liter, untuk dijual kepada depo air isi ulang maupun pabrik air kemasan.
Kalau Anda ke Jawa Timur menuju Jawa Tengah, tak salah mampir dulu ke Jamus untuk melepas penat. Berteman dengan teh hangat nikmat sembari menikmati pemandangan perkebunan teh.(Agus Wijayanto)