BEKASI – Pramuka LDII menggelar perkemahan saat tahun baru. Selain untuk mencegah pemuda-pemudi berhura-hura dan jauh dari nilai-nilai Islam, acara ini bertujuan untuk mendidik para remaja agar memiliki akhlak yang luhur, memiliki kepahaman agama yang kuat, dan mandiri.
“Lu lu, gue gue, saling perhatiannya gak ada. Itu bukan sifat umat Islam dan Pramuka,” itu yang dikatakan Majelis Pembina Gugus Depan (Mabigus) 0283/0284 Pangkalan Sultan Agung, Kota Bekasi, Ir. H. Arief Wahyudi, M.M, saat membuka nasehat pada Perkemah Mantap 2015. Menurutnya, Pramuka sebagai wadah unik yang mengajarkan untuk bertahan hidup dan membentuk karakter dengan berbagai permainan. Mereka dibentuk karakternya agar memiliki empati terhadap sesama manusia. “Pramuka ini unik, Saya lihat melalui kegiatannya, mereka dilatih untuk rukun, kompak, kerja sama yang baik kemudian mereka dilatih supaya mempunyai empati kepada yang lain.”
Dengan tema Mantap (Mandiri dan Terampil), acara Kemah Besar Sako Sekawan Persada Nusantara Cabang Kota Bekasi Gugus Depan 0283/0284 Pangkalan Sultan Agung dihadiri Kakak Kwartir Ranting Kota Bekasi mengisi pergantian tahun di Stadion Muda Jaya, Bekasi. Sebanyak 230 Penggalang dari sembilan Sanggar Madya dilatih untuk bertahan hidup semalam, melalui teknik kepramukaan dan permainan-permainan yang membuat para penggalang tetap senang.
Para penggalang dilatih untuk bisa memasak, bangun pagi dan berolahraga, budaya antri ketika menunggu mandi, dan kemudian bermain permainan ketangkasan dan kekompakkan. Kakak-kakak Pembina mengajak para penggalang bermain lomba makan kerupuk secara beregu. Di mana penggalang harus secara bergantian menghabiskan kerupuk yang dapat melatih rasa berbagi dan tolong-menolong pada sesame anggota regu. Kemudian para penggalang diajak untuk membawa segelas air dengan tali secara bersama-sama. Ini dilakukan untuk melatih kekompakkan dan sikap kepemimpinan dalam dinamika regu. Kakak Pembina Gudep Sultan Agung, M. Syukur Asjari berharap penggalang memiliki kemandirian dan saling kenal antara para penggalang melalui pembuatan regu acak. “Kami latih mereka untuk memasak dan untuk membangun kebersamaan agar mereka bisa mengenal satu sama lain,” ujar M. Syukur.
Para penggalang di usia belia masih banyak yang bergantung kepada orangtuanya. Dengan perkemahan ini, para kakak pembina berharap saat kembali kepada orangtua mereka, terdapat perubahan. Untuk itu dalam kepramukaan mereka dilatih untuk memiliki sikap dan mental mandiri. “Paling tidak, umpama kemandirian yang sebenarnya belum tercapai, belum terlaksana, sikap mandirinya sudah didapat dari pramuka,” ujar Arief menjelaskan. Selain itu menurut Arief, pramuka harus selalu riang gembira bagaimanapun keadaanya. Salah satu caranya, dengan membuat permainan untuk menciptakan kondisi riang, sesuai dengan lagunya di sini senang dan di sana senang, untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan inovatif dan kreatif. Salah satu contohnya adalah kegiatan kemandirian seperti pembuatan bir pletok — minuman dari gula merah dan jahe, biasa dicampur es — khas bekasi dan pelatihan-pelatihan lainnya sudah dilaksanakan di Sakocab SPN Kota Bekasi.
Arief mengharapkan pembinaan melalui kepramukaan dapat terus berlanjut dan berkesinambungan. Dari hampir 3000 generasi penerus yang ada di Sakocab SPN Kota Bekasi, sebagian mereka bergantian dan bertahap dibina melalui kegiatan kepramukaan dari tahun ke tahun secara berkesinambungan. “Maka regenerasi akan kami lakukan dari tahun ke tahun.” Pramuka, sejak usia belia sudah dilatih sikap dan mental untuk bisa mandiri dan berempati, jadi tidak hanya mandiri untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat membantu lingkungan di sekitarnya. (Reza/Lines)