BALIKPAPAN – Masih dalam rangka Idul Fitri, menjelang akhir bulan Syawal 1436 H, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan mengundang para ulama dan pimpinan atau pengurus organisasi, baik pemerintah maupun non pemerintah, dalam acara Halal bihalal atau Silaturahim Syawal, bertempat di Rumah Makan Cocom Jalan Letjen Suprapto Balikpapan, Jumat (14/8/2015).
Menurut Drs H Suryono Hadi, ketua panitia dari komisi fatwa MUI Balikpapan, mengatakan bahwa seyogyanya kegiatan tersebut dilaksanakan pada 8 Agustus lalu. Namun mengingat waktu dan kesempatan, kegiatan baru dapat dilaksanakan.
Istilah Halal bihalal, menurut kamus, kata ‘halal’ bermakna mengikhlaskan. Dengan kata lain halal bi halal dapat diartikan sebagai ungkapan untuk saling mengikhlaskan atau saling memaafkan satu sama lain. Hal ini sejalan dengan pesan yang dibawa oleh Islam tentang tindakan saling memaafkan dalam interaksi sesama manusia.
Pada kesempatan ini hadir Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, juga tampak mantan wali kota Tjutjup Suparna, jajaran pengurus MUI dan para undangan. Turut hadir Wakil Ketua DPD LDII Kota Balikpapan H Anzarudin didampingi Wakil Sekretaris.
“Bapak Ibu sekalian saya pertama mohon maaf terlambat,” ujar Rizal Effendi mengawali sambutan. “Mendadak saya menerima tamu para kepala UPT Pemadam Kebakaran, karena sudah ada di depan rumah, saya harus menerima,” ujarnya.
Menurut Rizal, mereka melaporkan kondisi peralatan pemadam kebakaran yang perlu ditambah, sebagai persiapan mengantisipasi kebakaran di musim kemarau. Rizal juga mengapresiasi laporan panitia halal bihalal mengenai kegiatan ngaji bareng ustad yang diadakan oleh MUI Balikpapan selama bulan Ramadan.
Dalam laporan tersebut, panitia menyampaikan masukan mengenai kendala suplai air dan listrik. Beberapa pekan ini, media massa lokal juga mengangkat isu tentang listrik dan air. Sebagai wali kota, Rizal mengatakan juga mendapat keluhan masyarakat, baik secara langsung melalui pesan pendek (SMS), maupun lewat para ulama seperti dalam kegiatan tersebut.
Rizal pun tak henti-hentinya dengan sabar menjelaskan kondisi listrik, yang sedikit banyak berpengaruh dengan suplai air. “Jika listrik mati, air juga mati,” ujarnya.
“Saya mendapat laporan dari PLN kemarin terjadi gangguan listrik Senipah Samboja. Gangguan di Senipah itu akibat terjadi gangguan di Tanjung Batu Tenggarong,” katanya. Rizal menjelaskan listrik di Balikpapan menggunakan jaringan Sistem Mahakam. Sistem ini menyuplai sebagian kebutuhan listrik Samarinda dan Tenggarong.
Menurutnya, persoalan listrik ini bukan saja soal pasokan, tetapi juga keandalan. Persoalan listrik di Kalimantan Timur juga masuk dalam perhatian program 35 ribu Mega Watt Presiden Jokowi, yang terus diupayakan untuk diselesaikan sesuai target. Target yang cukup ambisius tersebut selain untuk menopang kehidupan rakyat sehari-hari, listrik menjadi salah satu pendorong peningkatan kegiatan ekonomi nasional. (SA/LINES)