PEMERINTAH Arab Saudi beberapa tahun terakhir telah mengumumkan adanya renovasi besar-besaran Masjidil Harom, Mekkah al Mukarromah, dengan tujuan untuk memberikan layanan ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia, agar dapat melaksanakan ibadah haji secara lebih baik dan lebih nyaman. Hal ini dilakukan mengingat jumlah jamaah haji maupun peziarah semakin meningkat setiap tahunnya.
Terhitung tahun 2013 ini, beberapa kali pengumuman telah disampaikan pemerintah Saudi kepada negara-negara Islam yang dominan, tentang batasan jumlah peziarah maupun jamaah haji, termasuk kepada pemerintah Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, dan memiliki kuota jamaah haji terbesar di antara beberapa negara Islam lainnya.
Dengan adanya batasan ini, dampaknya, masyarakat muslim Indonesia yang berkeinginan menunaikan ibadah haji, harus mengikuti antrian. Semakin tahun bertambah, semakin besar jumlah antrian. Tak heran, seorang calon jamaah haji yang sudah mendaftar tahun ini pun, diperkirakan akan menemui gilirannya 10 hingga 15 tahun yang akan datang.
Kondisi ini mendorong masyarakat mencari alternatif. Beberapa jalan pintas misalnya, dengan mengikuti haji plus dan berbiaya sangat mahal pun banyak ditempuh kalangan tertentu, meski pada akhirnya saat ini memiliki dana berlebih saja tidaklah cukup.
Bagi masyarakat kecil, umroh menjadi jalan alternatif selain haji, yang bisa ditempuh di waktu yang lebih panjang. Tak heran, jumlah peminat umroh ini pun membengkak dari waktu ke waktu, hingga nasibnya pun sama dengan haji, sama-sama dibatasi jumlah peminatnya setiap bulannya.
Meski kini terbatas, apalagi besaran pahala umroh tidaklah sama dengan haji, kecuali umroh di bulan Ramadhan, namun itu tidak menyurutkan kerinduan hamba-hamba Allah di belahan dunia lain untuk tetap mengikuti undangan dan menjadi tamu Allah. Setidaknya kerinduan akan berada di Baitulloh akan terobati, sekaligus merengkuh ampunan dan pahala yang berlipat ganda.
Sah-sah saja, apabila seseorang yang sudah pernah menunaikan ibadah haji, maupun yang selama ini hanya mampu melihat dari Internet, media elektronik, membaca, mengaji, maupun mendengarkan pengalaman haji orang lain, menjadi ingin dan rindu datang ke Baitulloh. Rindu berkeluh kesah langsung di tanah suci, seolah ingin mengadu secara langsung kepada Allah Azza wa Jalla.
Inilah yang mendorong ibunda berkeinginan kembali lagi ke tanah suci, meski telah memasuki usia lanjut. Kerinduan ibunda yang kuat akan berada di Baitulloh, sedangkan sebagai anak, saya yang ingin selalu membahagiakan ibunda di usia yang terbilang sepuh ini, mendorong saya ingin menemaninya, dalam kondisi apapun, di tanah suci.
Alhamdulillah, persiapan yang sudah direncanakan sejak setengah tahun yang lalu terpenuhi. Paspor sudah keluar 2 bulan sebelumnya di Balikpapan, sedangkan visa dari Arab Saudi diselesaikan penyedia layanan perjalanan (travel) di Surabaya dan Jakarta. Meski biaya dan bekal perjalanan sedikit demi sedikit terkumpul hingga menjelang hari keberangkatan, alhamdulillah, sampai pada titik ini semuanya berjalan lancar, seakan-akan Allah memberikan jalan yang mudah.
Tepat sesuai jadwal keberangkatan, Selasa, 25/6/2013, perjalanan menelusuri jejak-jejak Rosululloh di tanah suci Madinah Al Munawwarah dan Mekkah Al Mukarromah dimulai, hingga berakhir Kamis, 4/7/2013, tiba kembali di Surabaya.
Pada tulisan ini, saya akan menuliskan catatan perjalanan, sebagai pengalaman baru saat pertama kalinya mengikuti perjalanan ke tanah harom, yang akan saya tuliskan dalam beberapa tulisan.
Bersambung…