Diklat Leadership dan Motivasi untuk Anggota LDII
BALIKPAPAN – Dalam berorganisasi, sekolah, bekerja, atau apa saja dalam kehidupan ini, sering seseorang bekerja tanpa semangat. Kalaupun dijalaninya, pun ala kadarnya, yang penting menggugurkan kewajiban misalnya.
Pola pikir manusia dibentuk oleh cara berpikir yang mengacu kepada kondisi di sekitarnya. Ketidakmampuan mengenali jati diri yang sebenarnya, mengakibatkan seseorang tidak mampu mengembangkan potensi terbaik yang dimilikinya. Ia juga tidak mampu menetapkan sasaran dan tujuan-tujuan hidup yang berarti. Jika hal ini terjadi pada sebuah organisasi, maka bisa dibayangkan organisasi tidak berjalan baik.
Untuk itulah, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) LDII Kota Balikpapan menggelar pendidikan dan latihan (diklat) Leadership dan Motivasi, yang diikuti oleh seluruh anggota LDII se-Balikpapan, mulai tingkat Pimpinan Cabang (setingkat kecamatan) dan tingkat Pimpinan Anak Cabang (setingkat kelurahan), di Pantai Manggar Balikpapan, Minggu (8/12/2013).
“Anda itu harimau, bahkan rajanya!” tegas Bambang Jasnanto dengan suara lantang pada seluruh peserta, saat mengawali sesi motivasi.
Menurut motivator yang tinggal di Bandung ini, manusia itu dahsyat dan fitrah manusia itu sukses. Ini bisa dijelaskan melalui perjalanan sperma menuju sel telur. Dari sekian miliar sperma, hanya sperma yang sukses lah yang mampu membuahi sel telur.
Jika seseorang merasa takut menghadapi orang lain karena merasa rendah diri, maka menurutnya dapat atasi dengan afirmasi. “Afirmasi itu seperti mantra, seperti doa,” ujarnya. “Tekankan fokus bahwa saya harus jadi sukses. Ingat. Allah beserta persangkaan hambaNya,” lanjutnya.
Memiliki keyakinan dan kepercayaan diri bahwa bisa sukses itu penting. Orang yang sukses itu banyak masalah tapi bisa diselesaikan. Orang tidak sukses tidak banyak masalah, atau bisa saja ada masalah tapi tidak diselesaikan.
“Ini semua menyangkut persepsi. Hanya orang yang pantas sukses, maka ia akan sukses,” ujarnya berapi-api. “You are what you think,” tambah dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung sejak Januari 1987 hingga Juni 2013 ini.
Menurutnya, ada tiga hal di otak manusia. Pertama, otak manusia selalu fokus. “Contoh, coba bayangkan wajah SBY. Apakah saat membayangkan SBY itu muncul Thukul. Tidak kan?” ujarnya. Ini artinya, otak manusia selalu fokus. “Saat Kita berpikir positif, yang negatif pasti tidak muncul. Begitu pula jika Anda berpikir negatif, maka yang positif pasti tenggelam. Untuk itu arahkan ke hal-hal positif,” urainya panjang lebar.
Kedua, otak manusia tidak pernah negatif, selalu husnudzon billah. Otak manusia tidak mengenal kata ‘jangan’, namun mengikuti belakangnya. “Contoh, katakan tidak pada korupsi, kenyataannya yang menyatakan malah melakukan korupsi. Ini yang membuat negatif adalah manusianya sendiri,” terangnya memberi pemisalan.
Ketiga, otak manusia tidak bisa membedakan yang nyata dengan yang imajinasi. Imajinasi dianggap otak terjadi nyata. “Coba bayangkan Anda sangat kehausan, ada seseorang bagikan jeruk, tangkap dengan tangan kanan, letakkan jeruk pada tangan kiri, kupas, lalu tuangkan ke mulut. Asem?” terangnya lagi. Inilah bukti bahwa otak manusia tidak mampu membedakan antara yang riil dengan imajinasi. “Untuk itu, selalu berimajinasilah pada hal-hal yang indah-indah, agar Kita tergerak untuk mewujudkannya,” jelasnya.
Saat seseorang mengemban amanat, menurutnya pengurus organisasi penting memberikan dengan kasih sayang. “Ketika menganggap bawahan Anda semangat, maka tumbuhkan kasih sayang dan tanggung jawab bahwa saya harus melayani mereka. Harus dengan menyentuh, berpelukan, agar ada komunikasi batin, baik kepada bawahan dalam organisasi, maupun dalam keluarga,” ujarnya.
Menurutnya, memberikan kasih sayang ini penting sebagai motivasi dan afirmasi, melakukannya pun terus berulang, sama seperti mandi setiap hari. Ini untuk mendorong mereka melakukan tindakan positif, dan hasilnya sangat luar biasa. Ia sudah buktikan pada anaknya, Abdullah Malik Ibrahim yang telah mengharumkan nama Indonesia dalam ajang Olimpiade Bahasa Jerman Internasional di Dresden Jerman.
“Sekarang coba buktikan. Buat istri terbang tanpa sayap, flying without wings,” ujarnya memberi pemisalan seperti judul sebuah lagu.
“Pertama, peluk istri dengan tulus. Lalu bisikkan kata-kata pada istri bahwa Anda sayang, bangga, bersyukur, lalu kembangkan dengan kata positif lainnya,” tutur suami Dewi Widaningrum ini.
“Kedua, mintalah maaf pada istri, meski tidak melakukan kesalahan. Katakan selama telah menjadi suami, Anda pernah menyakitinya secara tidak sengaja, dan mintalah maaf dengan tulus,” jelasnya.
“Ketiga, berjanjilah bahwa mulai hari ini Anda akan menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab,” ujarnya lagi. “Terus lakukan itu setiap hari sebagai afirmasi,” pungkasnya.
Sementara itu, sebelumnya tampil sebagai pembicara sesi Leadership, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Kalimantan Timur H Sutamsis SH, MH, M.Kn. Pada sesi ini penjelasan seputar kepemimpinan pada sebuah organisasi dan lika-likunya cukup apik dan sangat jelas sehingga mudah dipahami peserta.(*)