BALIKPAPAN – MUI, Kemenag, dan pemerintah kota Balikpapan mendukung kegiatan LDII menggelar pengajian hadits Sahih Bukhari untuk mengisi liburan sekolah. Pengajian yang juga disiarkan online ini berlangsung di Masjid Nurul Iman Karang Jawa Balikpapan selama 10 hari, dari Jumat (22/12) sampai dengan Minggu (31/12).
Tampak hadir Ketua MUI Balikpapan KH Muhammad Kasim Pallanju dan Sekretaris HM Jaelani, Kasi Bimas Islam H Marivani S.Ag mewakili Kepala Kantor Kemenag Balikpapan Drs Hakimin, serta Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Hasanuddin mewakili Walikota Rizal Effendi. Hasanuddin kemudian secara simbolis membuka pengajian pada Minggu (24/12).
Selain dukungan terhadap pengkajian hadits Sahih Bukhari, dalam pesannya, walikota berharap seluruh pengurus LDII Balikpapan terus berkarya dan membangun ukhuwah Islamiyah, meningkatkan kerjasama dengan ormas Islam lainnya sehingga mampu memberikan kontribusi nyata pembangunan kota.
Mengawali sambutan, Kyai Kasim memperkenalkan diri dan mengungkapkan rasa bahagianya. “Saya lahir di Marwani, 200 km dari Makassar, lahir 5 September 1937, jadi kalau sekarang ini umur saya 80 tahun, 3 bulan, dan 19 hari,” ujar Kyai Kasim yang selalu menghitung umurnya ini. “Bapak ibu sekalian, saya sangat berbahagia, saya bisa menghadiri acara dari LDII ini,” tuturnya.
Menurut kakek dari enam orang cucu dari empat orang anak ini, apa yang disampaikan Ustadz H Ainur Rosyid ketika melantunkan ayat suci Alquran Surat Ali Imron 102-108, sudah tepat. Namun, ia masih ingin menambahkan terkait dakwah yang diemban lembaga dakwah Islamiyah.
“Terkait tata cara untuk menyampaikan dakwah, karena ini Lembaga Dakwah Islam Indonesia, itu jelas ada lanjutannya, ud’u ila sabili robbika bil hikmah wal mau’idhotil hasanah wa jadilhum bil lati hiya ahsan,” kata Kyai Kasim mengutip An Nahl 125.
Menurutnya, di dalam dakwah penting memperhatikan kedua surat Alquran tersebut. Ia menjelaskan, surat tersebut menekankan bahwa dakwah yang harus dilakukan adalah mengajak dengan hikmah, memberikan nasihat dengan baik, dan bukan dengan memaksa. “Kalau akidah saya rasa tidak ada perbedaan, tapi kalau masalah furu’iyah itu banyak pendapat, banyak argumen,” ujarnya.
“Tadi sudah dijelaskan Bapak ustadz ada hadits ini, memang ilmu itu sangat penting, kadang-kadang kita tahu saja itu kadang-kadang melihat perbedaan, oh itu ruku’ membaca doa ini, karena selama ini yang dipelajari yang standar dan umum, tapi ada yang begini,” tuturnya.
“Jadi, itulah kalau belajar seperti (mengaji) ini, Ta’allam falaisa al-mar`u yuuladu ‘aaliman, walaisa akhu ilmin kaman huwa jahilu, belajarlah karena tidak ada orang itu dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh,” ujar Kyai Kasim.
Kyai Kasim juga menambahkan, mengutip sabda Rasullullah dalam riwayat Al Baihaqi, “Kun ‘aaliman, aw muta’alliman, aw mustami’an, aw muhibban, wa laa takun khaamisan fa tahlik. Jadilah orang yang mengajar, atau jadilah orang yang belajar, atau jadilah orang yang mendengar, atau orang yang cinta ilmu, dan janganlah jadi orang yang kelima niscaya kamu celaka,” tuturnya.
“Yang jelas majelis ulama mendukung penuh acara yang dilaksanakan LDII Balikpapan ini, hanya saja sayang jika acara seperti ini hanya satu kali saja, kalau bisa terus berlanjut, Pak,” harap Kyai Kasim. Kyai Kasim berharap kegiatan pengajian Hadits Bukhori ini terus dijalankan dan dijaga keberlanjutannya.
Sementara itu, Ketua LDII Balikpapan H Abdul Rachman Zain SE mengatakan bahwa pengajian Sahih Bukhari ini sudah berjalan sejak tahun 2015. Adapun kegiatan pengajian rutin telah dijalankan setiap pekan, mulai dari tingkat Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Cabang, sampai pada tingkat DPD.
Pada pelaksanaan pengajian tahun ini dianggap istimewa, lantaran tampilnya dua orang ulama muda, yakni Ustadz H Saiful Akbari Hafiluddin S.PdI dan Ustadz H Abdul Aziz Ridwan Lc. Keduanya anggota Majelis Taujih Wal Irsyad, Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
“Ustadz Hafiluddin tampil dari tanggal 22-26 Desember, berikutnya dilanjutkan Ustadz Abdul Aziz Ridwan tanggal 27-31 Desember 2017,” ujar Abdul Rachman Zain.
Di akhir tahun, Ustadz Aziz Ridwan diharapkan memberikan tausyiah kepada para remaja, muda dan mudi. “Saya sampaikan bahwa pada anak-anak, usia pra remaja, remaja, muda dan mudi untuk mengikuti pengajian di masjid ini agar terhindar dari hal-hal yang negatif yang biasa dilakukan di malam tahun baru,” harap Abdul Rachman Zain.
“Alhamdulillah, pengajian Sahih Bukhari ini terlaksana atas rahmat Allah Subhanahu wa Taala, dengan dana berasal dari swadaya mandiri warga LDII kurang lebih 100 juta rupiah,” ungkapnya. Dana tersebut, lanjutnya, digunakan untuk membayai kegiatan operasional dan konsumsi selama 10 hari, yang diikuti peserta hingga mencapai 1.500 orang.
Ia menambahkan, panitia juga membuka rekening untuk mempermudah menghimpun infaq, dan juga menerima sedekah makanan dan minuman dari masyarakat dari berbagai daerah. “Menurut pantuan kami, saat ini peserta online semuanya dari luar kota Balikpapan, ada yang dari Samboja, Penajam, dan terjauh berasal dari Doha, Arab Saudi,” ungkap H Mugi Gustari, salah satu panitia kegiatan.
Sambutan Kepala Kantor Kemenag
Pada kesempatan yang lain, Kasi Bimas Islam Marivani mengatakan pada prinsipnya Kemenag juga sangat mendukung kegiatan LDII Balikpapan.
Marivani mengatakan, saat ini banyak orang yang belajar agama menggunakan sarana teknologi informasi. Namun, sangat disayangkan penggunaannya tidak disertai dengan pemahaman ilmu yang memadai. “Sehingga banyak ustadz dadakan, share sana share sini, sampai masuk ke media televisi nasional, menulis ayat Alquran saja salahnya fatal luar biasa,” ujarnya.
“Alhamdulillah, hari ini Lembaga Dakwah Islam Indonesia dan beberapa kegiatan-kegiatan seperti ini bagus sekali, karena kita mengembalikan semangat belajar itu kepada guru, jadi belajar itu harus ada gurunya,” ujarnya. Ia menuturkan, dengan adanya guru, murid akan terbimbing sehingga mengetahui mana yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan.
Selain itu, Kemenag juga berharap lembaga-lembaga dakwah menjaga kondusifitas beragama. “Akhir-akhir ini banyak sekali surat yang masuk ke Departemen Agama terkait laporan yang menciptakan suasana yang tidak nyaman di masyarakat,” ungkapnya.
Menurut catatannya, Kemenag menerima laporan masyarakat perihal adanya masjid yang tidak jadi melaksanakan salat Jumat. “Kemudian baru-baru ini ada laporan, dakwah-dakwah yang tidak (memperhatikan) dimana tempatnya,” ungkapnya lagi.
Oleh karena itu, Kemenag mengajak agar berdakwah dengan baik, melihat masyarakat sekitar dan tingkat pemahaman audiensi serta siapa yang dihadapi. “Berdakwahlah yang baik, berdakwahlah yang santun yang membuat masyarakat tenang, dimana kita berada disitulah dakwah kita, jangan sampai (memaksakan) paham-paham yang tidak sesuai dengan masyarakat kita,” pungkasnya. (SA/LINES)