BALIKPAPAN – Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Balikpapan mengadakan seminar yang dikemas dalam rembuk kota, dengan tema “Pentingnya Kewaspadaan Dini Masyarakat Untuk Menjaga Kemanan dan Ketertiban Kota Balikpapan dari Ancaman Terorisme dan Paham Radikal, bertempat di Aula Kantor Pemerintah Kota Balikpapan, Sabtu (31/8/2013).
“Seminar ini bertujuan untuk bagaimana cara melakukan antisipasi deteksi dini dalam penanggulangan terorisme maupun radikalisme di Kota Balikpapan,” terang panitia seminar, Drs EC Sugiono MM.
Dengan adanya seminar yang lebih ditekankan adanya dialog atau rembuk ini, masyarakat akan mengetahui dan memahami pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban di daerahnya masing-masing.
Namun selama ini, yang banyak diketahui masyarakat hanyalah terorisme tentang keamanan dan radikalisme. “Terorisme yang juga paling berbahaya itu terorisme tentang korupsi, narkoba, dan ketertiban masyarakat,” tambah Sugiono mengingatkan akan bahaya teror mental.
Seminar yang dikemas dalam bentuk rembuk ini, menurut panitia dihadiri sekira 90% undangan, yang terdiri atas tokoh masyarakat dan perwakilan organisasi masyarakat lintas agama yang ada di Balikpapan. “Dari 100 undangan yang disebar, sekitar 90% hadir di seminar ini,” ujar Sugiono.
Panitia berharap acara seminar rembuk ini diadakan sekali atau dua kali dalam setahun, karena modus terorisme terus mengalami peningkatan.
H Anzaruddin, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Balikpapan, hadir dalam acara tersebut.
Ketika ditanya pendapatnya tentang seminar ini, H Anzaruddin menuturkan, “Sebagai bagian dari warga Kota Balikpapan, Kita juga ikut peduli dengan mengetahui hal-hal apa saja yang kira-kira menjadi ancaman, dan cara mengantisipasinya. Minimal Kita memberikan kepahaman kepada generasi Kita sendiri agar mereka tidak terkontaminasi dengan radikalisme.”
Senada dengan itu, Ketua Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Balikpapan, H Badrun Yusuf, yang hadir di acara tersebut mengatakan bahwa seminar ini dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu pekerjaan masyarakat yang berbeda-beda, kecemburuan sosial, penggusuran yang terjadi di masyarakat, dan kurangnya siraman rohani.
Terlepas dari itu, menurut Permendagri No. 12 tahun 2006, pengertian kewaspadaan dini masyarakat adalah kondisi kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi potensi dan indikasi timbulnya bencana, baik bencana perang, bencana alam, maupun bencana karena ulah manusia.
FKDM dibentuk sebagai wadah bagi elemen masyarakat dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat. Adapun elemen masyarakat antara lain aparatur pemerintah, TNI/Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, walinagari atau kades, elemen pemuda dan mahasiswa, serta masyarakat itu sendiri.
Leo Sukoco, Ketua FKDM Kota Balikpapan, menerangkan pentingnya kewaspadaan dini dalam mengantisipasi adanya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan masyarakat. Masyarakat perlu dilibatkan, karena tidak semua tugas keamanan dibebankan pada aparat hukum.
“Jelas penindakan adalah wewenang dari aparat hukum, tapi pencegahan melibatkan Kita sebagai masyarakat,” ujar Leo Sukoco.
Dengan adanya seminar ini, ia berharap kantor-kantor keamanan yang tersebar di seluruh pelosok Balikpapan dapat bekerja efektif menjaga keamanan di daerahnya. “Bagaimana mengalihkan tujuan kantor keamanan ini pada tempat yang terbaik untuk bisa efektif menjaga keamanannya,” ujar Leo Sukoco.
Sementara itu Walikota Balikpapan, HM Rizal Effendi SE, berhalangan hadir, dan diwakili Drs Bahriansyah MSi, staf ahli bidang pemerintahan. Dalam sambutannya, Walikota menyinggung tentang terorisme dan jihad. Menurutnya, terorisme dan jihad adalah dua hal yang berbeda. Umat Islam yang mengerti secara utuh tentang ajaran Islam, akan mengerti kedua hal tersebut berbeda jauh.
“Islam tidak mengenal terorisme, Islam tidak pernah mengajarkan sikap radikal, sembrono, atau berbuat tidak pada tempatnya. Islam tidak pernah mengajarkan sikap-sikap menyebar kebencian kepada kaum non muslim, bahkan Islam mengharamkan umat Muslim memusuhi, apalagi menggerakkan berbuat kebencian. Justru umat Islam mau hidup berdampingan secara damai dan menghargai satu sama lain,” jelas Walikota.
“Pencegahan dan langkah-langkah preventif, dan dialog-dialog ringan yang bermakna, jauh lebih penting dalam menanggulangi berkembangnya pemikiran dan paham radikalisme dan terorisme,” terang Walikota, seperti yang disampaikan Bahriansyah.
Walikota berharap, situasi yang aman dan tentram seperti saat ini hendaknya terus dijaga, hingga anak cucu nantinya ikut merasakan kedamaian, keamanan, dan ketentraman.
Dalam seminar, sebagai narasumber perwakilan dari Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Drs Wicak Syaferani, dan dari Badan Intelijen Nasional (BIN) Jakarta Mas Jayus selaku Staf Kalimantan Timur, serta Asintel Kesdam VI Mulawarman.
Menariknya, saat pemaparan materi Intelijen, dibahas sedikit mengenai Dasar Intelijen oleh narasumber dari BIN. Dalam pemaparannya dijelaskan bahwa secara alamiah setiap orang pada hakikatnya adalah insan intelijen. Orang pada umumnya secara alamiah biasanya mengumpulkan informasi lebih dulu ketika dirinya merasa terancam, kemudian secara naluri berusaha mengamankan dirinya, lalu mempengaruhi orang lain.
Sebagai misal, ketika seseorang kedinginan, dalam hal ini kedinginan adalah ancaman, ia akan mengumpulkan informasi apa yang harus dilakukan untuk menghindari kedinginan. Pertama ia akan mencari kain hangat, atau baju hangat, atau selimut hangat, atau penghangat lain yang ia dapat temukan. Setelah menemukan, ia akan melindungi atau mengamankan dirinya. Apabila ia masih cukup kedinginan, ia akan meminta seseorang untuk membantu menghangatkan badannya, agar tidak kedinginan lagi.
Di akhir acara, terjadi dialog berupa tanya jawab dua arah antara narasumber dengan peserta, membuat suasana menjadi lebih hangat. Beberapa peserta cukup tajam dan kritis dalam memberikan pertanyaan. (sa)