Di sebuah negeri yang makmur tersebutlah seorang raja yang berhasil memajukan kesejahteraan rakyatnya. Raja mempunyai dua orang patih yang sangat dipercaya. Raja memang memerlukan dua orang patih karena wilayah negerinya terbagi dua, yaitu wilayah barat dan wilayah timur. Maka kedua patih itu pun disebut Patih Barat dan Patih Timur.
Masing-masing wilayah berbeda keadaannya. Wilayah barat, daerahnya kaya dan subur tanahnya. Sedangkan wilayah timur tanahnya kurang subur dan tidak potensial. Sungguh beruntung Patih Barat, dia tidak usah bekerja terlalu keras hingga larut malam. Sebaliknya Patih Timur, walaupun pendidikannya tidak setinggi Patih Barat tetapi ia bekerja tulus untuk Raja dan kemakmuran negerinya.
Patih Barat selalu takut hasil kekayaan yang dihasilkan wilayah barat, dipakai untuk membiayai wilayah timur. Padahal Raja berhak saja menentukan dan memeratakan kemakmuran di seluruh negerinya. Patih Timur yang selalu penuh ide untuk memberdayakan rakyatnya, tak pernah berpikir untuk meminta dana bantuan kepada Raja, meskipun Raja membolehkannya. Sebaliknya Patih Barat yang terlalu banyak waktu luang malah mempunyai keinginan-keinginan yang tidak berpihak kepada rakyat banyak.
Toh rakyatnya sudah cukup makmur, pikirnya. Dia selalu memata-matai sepak terjang Raja, dia tidak rela hasil kekayaan wilayah barat dipakai membantu wilayah timur.
Patih Timur yang cerdik tidak pernah merasa putus asa walaupun daerahnya termasuk daerah yang gersang. Dengan selalu berdoa kepada Allah, dia tidak segan-segan turun ke lapangan. Dia tidak pernah merasa gengsi. Dia membuka sebuah lahan dan bersama-sama rakyatnya bahu membahu mengumpulkan sampah-sampah organik lalu ditutup tanah agar menjadi kompos.
Setahun kemudian kerajaan berencana mengadakan pesta besar untuk hari jadi negeri itu. Para pembesar negeri akan berdatangan sambil melaporkan keadaan negerinya. Patih Barat yang tidak pernah bersusah payah memakmurkan negerinya mempunyai perangai yang kian buruk dan semena-mena hingga rakyat dan punggawanya banyak yang mengeluh. Tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena Patih Barat tidak segan-segan menghukum siapa saja yang berani menentangnya.
Sehari sebelum acara pesta kerajaan, Patih Barat mengundang Patih Timur. Ketika Patih Timur datang.Nah itu dia Patih Timur, tapi kok pakaiannya mewah betul, dari mana dia dapat pakaian seperti itu. Jangan-jangan Raja mengirimkan bantuan uang kepadanya. Uang itu pasti dari pajakku setiap bulan. Huh..! tidak pantas bagi patih sampah itu berpenampilan mewah kata Patih Barat. Lalu ia pun berpikir dengan penuh kedengkian, Hmm..Aku punya rencana untukmu, Patih Timur.
Keesokan harinya Patih Barat membuat undangan makan pagi di rumahnya, menu yang disediakan adalah makanan-makanan yang baunya khas menyengat, seperti oseng-oseng petai, semur jengkol, sedangkan buah pencuci mulutnya durian dan nangka.
Patih Timur yang sebetulnya tidak menyukai petai dan jengkol itu terpaksa dengan santunnya mencicipi makanan-makanan tersebut demi menyenangkan tuan rumah.
ÔÇ£Wahai Patih Timur, sebentar lagi akan ada pertemuan dengan Raja, ÔÇ£ujar Patih Barat memulai rencana jahatnya, ÔÇ£aku lupa makanan ini dapat membuat mulutmu beraroma menyengat. Bila kamu berbicara dengan Raja nanti, sebaiknya kau tutupi mulutmuÔÇØ.
Setelah makan pagi selesai Patih Timur segera bergegas menuju istana Raja beserta para pengawalnya. Sementara Patih Barat yang merasa rencana pertamanya berhasil pun bergegas menuju istana Raja melalui jalur lain agar ia sampai terlebih dahulu. Ternyata benar, Patih Barat sudah sampai istana terlebih dahulu sebelum Patih Timur. Ia pun segera menemui Baginda Raja untuk melancarkan siasatnya
ÔÇ£Mohon ampun, paduka. Saya hendak menyampaikan rahasia penting,ÔÇØ
ÔÇ£Apa itu, Patih? Tanya Sang Raja.
ÔÇ£Seperti Paduka ketahui bahwa utusan dari negeri timur sudah menuju ke Ibukota ini. Namun ada berita rahasia, mata-mata kami mendengar bahwa Patih Timur telah menyebarkan fitnah yang besar. Katanya mulut raja baunya busuk dan masyarakat sudah mengetahui. Lihat saja sikapnya nanti, ia ingin menunjukkan pada orang lain bahwa mulut Paduka bau. Ia akan menutup mulutnya bila Paduka berbicaraÔÇØ.
Terkena hasutan Patih Barat, Sang Raja geram, ÔÇ£Kurang ajar Patih Timur! Dasar hidupnya di negeri sampah, pantas saja hatinya busuk! Akan kubuktikan. Kalau berita itu benar kau akan kuberi hadiah dan Patih Timur akan ku penjarakan!ÔÇØ
Ketika saatnya tiba, Raja sudah tidak sabar lagi menunggu rapat laporan tahunan. Namun sebelumnya Raja mengadakan pertemuan khusus dengan Patih Timur. Sementara Patih Timur sudah gemetaran bakal kena damprat, mengingat bau mulutnya yang menyengat ketika berbicara dengan raja. Ia menutupi mulutnya. Raja pun berkata dalam hati, ÔÇ£Hmm,, benar juga laporan Patih Barat. Patih Timur benar-benar kurang ajar!ÔÇØ
Kemudian Raja menuju ke laci tempat kerjanya, ia menulis sesuatu dalam secarik kertas lalu dimasukkannya ke dalam amplop. Ternyata diam-diam Patih Barat ada dibalik pintu berusaha menangkap isi pembicaraan Raja dengan Patih Timur. Tetapi dia hanya mendengar, ÔÇ£Ini hadiah yang pantas untukmu! Sebelumnya kau harus mendapat persetujuan dari Hakim, ÔÇ£titah Raja.
ÔÇ£Hadiah yang pantas?ÔÇØ Patih Barat terperangah.
ÔÇ£Sial benar aku! Aku tak rela dia mendapat hadiah. Itu pasti hasil pajak dari negeriku. Harus kurebut amplop ituÔÇØ.
Sambil terheran-heran Patih Timur keluar ruangan sambil menutupi mulutnya. Aneh, laporan keberhasilan negeriku belum dibicarakan, kok Raja sudah memberiku hadiah
Patih Timur yang tidak mengetahui dirinya diikuti, terus saja berjalan menuju rumah pak Hakim. Selang beberapa meter dari rumah pak Hakim, Patih Barat telah berhasil menyusul Patih Timur.
ÔÇ£Patih Timur, mau kemana kau?ÔÇØ tanya Patih Barat.
ÔÇ£Aku harus menyampaikan pesan ini kepada pak HakimÔÇØ, jawab Patih Timur.
ÔÇ£Hei, sebagai sahabatmu aku patut memperingatkanmu, kau cuci mulutmu dulu, baru menghadap Hakim yang galak itu. Sini kupegang amplop ituÔÇØ pinta Patih Barat.
ÔÇ£Oh betul juga yaÔÇØ kata Patih Timut polos sambil menyerahkan surat kepada Patih Barat.
Disaat Patih Timur sedang mencari air untuk berkumur, Patih Barat berlari menuju rumah pak Hakim. Kebetulan pak Hakim sedang tidak sibuk.
ÔÇ£Selamat siang pak Hakim, aku menyampaikan pesan ini dari Baginda Raja yang harus disetujui oleh pak HakimÔÇØ.
Pak Hakim segera membuka amplopnya, lalu mengerutkan keningnya. Sementara Patih Barat berdebar-debar menunggu keputusan pak Hakim. Tiba-tiba pak Hakim berteriak, ÔÇ£Pengawal! Tangkap dia dan jebloskan ke dalam penjara!ÔÇØ
Karena isi surat dari Sang Raja tertulis: ÔÇ£Penjarakan patih yang membawa surat ini, akibat perbuatan jahatnyaÔÇØ
Patih Barat kaget bukan kepalang. Ia meronta-ronta sambil berteriak bahwa dirinya tidak bersalah. Namun pak Hakim tidak menggubrisnya. Ia tetap memerintahkan pada pengawalnya untuk menyeret Patih Barat ke dalam penjara bawah tanah.
Tak lama kemudian Patih Timur muncul menanyakan keberadaan Patih Barat, apakah sudah menyampaikan surat dari Sang Raja kepada pak Hakim.
ÔÇ£Perintah Raja sudah kulaksanakanÔÇØ ujar pak Hakim, tuan Patih Timur tolong sampaikan surat ini kepada Baginda RajaÔÇØ.
Patih Timur pun kembali ke istana. Sesampainya disana, Sang Raja sangat terkejut melihat kehadirannya dengan membawa surat dari pak Hakim. Sang Raja langsung membaca surat itu, ÔÇ£Baginda Raja,, tugas sudah saya laksanakan. Patih Barat sudah berada di penjara bawah tanahÔÇØ
Sang Raja benar-benar bingung dengan kejadian ini. Ia pun meminta Patih Timur untuk menjelaskannya. Patih Timur yang merasa mulutnya sudah tidak bau lagi segera menceritakan perjalanannya. Raja pun mempertanyakan mengapa mulutnya tidak ditutupi lagi. Berceritalah Patih Timur tentang undangan makan pagi di rumah Patih Barat.
Akhirnya terbongkarlah rencana busuk Patih Barat yang kini mendekam di penjara akibat perbuatannya sendiri. Siapa yang menabur akan menuai. Patih Barat telah menuai kesengsaraan akibat kedengkian yang telah ia taburkan.
Takutlah kalian pada perbuatan dengki. Sebab perbuatan dengki dapat merusak semua amal kebaikan, seperti api yang membakar kayu-kayu kering. [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
Penulis: Dave Ariant Yusuf Wicaksono
Sumber: Nuansa Persada