Salah satu dalil puasa yang nancap dan berkesan di hati saya adalah ini, “Ash-shoumu lii wa ana ajzii bihii” puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya. Nah, redaksi lengkap hadits Qudsi ini seperti tersebut di bawah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Rasulullah sallallahu alai wa sallam bersabda; “Allah berfirman, “Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (Rowahu Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda; “Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.” (Rowahu Muslim)
Kenapa hal ini menarik (buat saya)? Karena saya merasa, setiap kali membacanya, bahwa inilah statement yang menyatakan kedekatan seorang hamba kepada pencitpanya, Allah Yang Maha Kuasa. Seorang hamba, anak cucu Adam, bisa berhubungan langsung dengan Allah lewat puasa. Maka tidak heran, kenapa sampai-sampai Nabi memberikan penjelasan di hadits yang lain kepada Abu Umamah radhiyallahu anhu bahwa puasa adalah amalan yang tiada yang membandinginya.
Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah, Imam Ahmad, An-Nasa`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umamah radhiyallahu anhu berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: ÔÇ£Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, “Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.” (shahih).
Karena puasa adalah urusan Allah. Rahasia Allah. Tidak seperti pahala sedekah, zakat, haji umrah, sholat dan amalan lain yang sudah disebutkan ganjaran-ganjarannya. Maka, dalam seluk pemahaman pendalaman selanjutnya, saya teringat akan jati diri manusia. Dimana tugas utama kita adalah beribadah, yang bahasa kerennya sebenarnya adalah menghamba. Ya, seperti yang sering kita dengar di Surat Adz-Dzariyaat: 56; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (menghamba) kepada-Ku.”
Nah, secara kebetulan (lagi) di bulan puasa ini, alhamdulillah saya mendapatkan hadits Qudsi yang berhubungan dengan ayat di atas. Pencerahan tentang penghambaan. Sungguh menyegarkan nurani, mencambuk kalbu, menentramkan hati. Berikut redaksinya.
“Hai Anak Adam, Aku menciptakanmu hanya untuk beribadah kepadaKu, maka janganlah kamu bermain-main, dan Aku akan menanggung rezekimu, maka kamu jangan terlalu ngoyo mencarinya, maka jika kamu menjumpaiKu, berarti kamu menjumpai segala kebaikan, dan jika diputus kamu (dari kebaikan) maka segala kebaikan akan lepas darimu dan Aku lebih senang kepadamu daripada segala sesuatu.” (Rowahu Ahmad)
Menerawang lebih jauh implementasi dari dalil ini adalah bagaimana di bulan yang dikhususkan Allah untuk berpuasa ini, kita bisa instrospeksi seperti apa dan bagaimana tingkat penghambaan kita kepadaNya. Dan saya jadi malu kepadaNya, karena merasa tertinggal dalam beramal, tidak bisa mempeng dan mengepolkan di bulan suci ini. Padahal seharusnya bisa. Astaghfirullah..! Laa haula walaa quwwata illa billaah.
Oleh: Faizunal ‘Kusmono’ Abdillah