Sudah sering kita mendengar bahwa dunia adalah penjaranya orang iman. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan Surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 5256)
Imam an-Nawawi rahimahullahu ta’ala berkata, “Maksudnya, setiap mukmin itu terpenjara di dunia, karena dia dilarang mengikuti hawa nafsunya dan mengerjakan yang haram dan makruh, bahkan diwajibkan menaati perintah Allah jalla wa ala yang merupakan perkara berat bagi dirinya, tetapi apabila dia telah meninggal dunia, hatinya tenang karena akan memperoleh imbalan dari Allah subhanahu wa ta’ala.” (Syarah Muslim 18/93)
Dalam memahami hadits ini, seorang kawan mengirimkan cerita inspiratif berburu monyet di Afrika. Bukan bermaksud merendahkan, simaklah sari pati ceritanya yang bermanfaat untuk membangun diri.
Di Afrika, ada teknik berburu monyet begitu unik. Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup tanpa cedera sedikitpun. Tanpa senjata tajam, apalagi peluru. Bagaimana caranya?
Cara menangkapnya sederhana saja, si pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang & sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya untuk mengundang monyet-monyet itu datang.
Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup. Para pemburu biasa melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol, tak bisa dikeluarkan.
Kok, bisa? Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat utk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi kemana-mana.
Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya banyak kita manusia yang mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita menggenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet menggenggam kacang.
Kita sering menyimpan dendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengampuni. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya. Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa ÔÇ£toples-toplesÔÇØ itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha utk terus berjalan. Dan tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap penyakit hati yang teramat parah.
Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat, jika mau membuka genggaman tangannya. Dan kita pun akan selamat dari sakit hati yang berkepanjangan, jika sebelum matahari terbenam kita mau melepas semua perasaan negatif, sakit hati, dendam, kegelisahan, memaafkan terhadap siapapun, dan menyerahkan semua kepada Yang Punya Perkara. Dan menatap esok dengan langkah ringan, penuh kesabaran, serta gegap keyakinan.
Terlepas dari makna kauniyah penjara sebagaimana hadits di atas, kalau boleh jujur, masih banyak manusia yang terpenjara oleh masa lalu dengan segala permasalahannya. Padahal Allah sudah memerintahkan: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134)
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk tetapnya perkara (hal-hal yang utama).” (Asy-Syuura: 43)
Termasuk sebuah obrolan di pojok sana, “Apakah kamu masih benci dengan Pemerintahan Orba, dengan segala kelebihan dan kekurangannya?.”
Dengan lantang, seorang mantan tapol orba, menjawab; “Ya saya masih benci dengan mereka semua.”
Mendengar jawaban itu, rekannya menimpal, “Kalau begitu mereka masih memenjara dirimu.”
Ternyata masih banyak jebakan yang bernama penjara pada tiap-tiap diri. Ayo lepaskan diri dari penjara./**
Oleh: Faizunal Adhmi